Dibully Gara-gara Baju, Terungkap Wamen Surya Tjandra Difabel
Ada yang berbeda dari Kabinet Indonesia Maju. Di kabinet ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat seorang penyandang disabilitas sebagai wakil menteri di Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR). Ia adalah politisi PSI Surya Tjandra.
Jokowi pun mengunggah fotonya bersama Wakil Presiden Maruf Amin dan kedua belas wamen yang dilantik di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat 25 Oktober tersebut di media sosial.
"Dua belas figur yang jadi wakil menteri saya perkenalkan kepada khalayak dan langsung dilantik. Mereka akan segera bekerja memberikan dukungan pada tugas-tugas menterinya. Selamat bekerja," cuit akun resmi Twitter @jokowi.
Dari ribuan respon netizen untuk kicauan itu, tak sedikit yang menyoroti baju Wamen Surya Tjandra. Pasalnya, Surya Tjandra berdiri di barisan depan paling kiri, ia tampak mengenakan kemeja putih, celana hitam, dan dasi merah, seperti wamen pria yang lain.
Namun, bagian bawah kemeja putihnya itu tak dimasukkan ke dalam celana seperti lainnya.
Sejumlah netizen mengomentari pakaian Surya Tjandra, dan beberapa dari mereka bahkan menuliskan pendapat dengan kalimat cibiran.
Akun resmi Twitter PSI lantas angkat bicara. Partai yang dipimpin Grace Natalie itu memberikan jawaban untuk para netizen yang nyinyir pada kadernya.
Menurut keterangan PSI, Surya Tjandra adalah seorang difabel dengan disabilitas daksa polio di kaki kirinya sejak berusia 6 bulan.
Maka dari itu, kemeja putih yang dikenakan Surya Tjandra sengaja dikeluarkan supaya jalannya tidak terganggu.
"Hai, semua. Sekadar info aja nih bagi yang bertanya-tanya soal baju Bro Surya Tjandra. Bro Surtjan sejak bayi menyandang tuna daksa karena polio. Pakai kemeja dengan ujung dimasukkan tidak nyaman untuk beliau berjalan. Tolong dimengerti dan bantu RT. Terima kasih (emoji memeluk)," kicau @psi_id.
Dikutip dari laman PSI, Surya Tjandra dibesarkan dari keluarga tak mampu. Orangtuanya adalah pedagang ayam potong di Pasar Jatinegara, Jakarta. Saat itu, keluarganya tinggal di rumah kontrakan dan sering pindah rumah.
Meski demikian, orangtua Surya Tjandra selalu mendorong anak-anaknya untuk menggapai cita-cita dan memberikan kebebasan untuk memilih sendiri apa yang diimpikan.
Karena terlahir dari keluarga yang kurang mampu, Surya dan kakak-kakaknya sempat tak diizinkan mengambil rapor sebelum melunasi biaya sekolah. Malah, saudara-saudaranya terpaksa berhenti kuliah karena mengalami kesulitan perekonomian.
Menyadari kondisi ini, Surya masuk ke sekolah negeri yang biaya pendidikannya terjangkau. Setelah lulus dari SMAN 68 Jakarta, dia diterima di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Surya Tjandra aktif di lembaga bantuan hukum selama setahun, sebelum ia meraih gelar Sarjana Hukum (SH) pada 1995.
Surya Tjandra dan teman-temannya sesama aktivis mendirikan lembaga Swadaya masyarakat bernama Trade Union Right Center (TURC) pada 2003.
Sejak 2003 hingga saat ini Surya masih aktif mengadvokasi kasus kasus perburuhan. Tidak hanya di lingkup perburuhan, Surya juga salah satu advokat yang mendorong disahkannya Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Surya Tjandra bersama beberapa advokat lainnya yang bergabung dalam Tim penggugat pemerintah, memenangkan gugatan mengenai pengesahan undang undang sistem jaminan sosial nasional di pengadilan negeri Jakarta Pusat pada 2010.
Pria ini sempat mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi hukum S-2 di Universitas Warwick, Inggris, dan S-3 di Universitas Leiden, Inggris.
Doktor of Philosophy Comon in Law dari Leiden university, Nederland ini ikut mencalonkan diri dalam bursa calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2015.
Namanya masuk dalam 10 besar calon pimpinan KPK. Namun di putaran terakhir, Surya gagal melaju karena tidak memiliki jaringan pendukung yang banyak di DPR.
Vice Director Operational Field Jakarta Legal Aid Institute ini tidak menggabungkan diri secara khusus di organisasi organisasi Penyandang disabilitas. Surya Tjandra justru berjuang di bidang perburuhan dan membangun jaringannya di dunia tersebut.