Dibesarkan Keluarga Ahlussunnah, Ini Penjelasan Haddad Alwi
Pelantun Shalawat Nabi, Haddad Alwi, belum lama menerima perlakuan persekusi dari sekelompok orang. Ketika itu, terjadi di Sukabumi, Haddad Alwi justru sedang mengajak umat Islam para hadirin, dalam forum pengajian itu, untuk selalu melantunkan Shalawat Nabi.
Terlepas dari kasus ini sedang ditangani aparat kepolisian, Haddad Alwi mengalami banyak hal getir dalam perjalanan hidupnya. Juga perjalanan ia berdakwah melalui lantunan Shalawat Nabi dan Cinta Rasul. Ada yang pernah mengembuskan bahwa Haddad Alwi berbau Syiah.
Benarkah demikian? Benarkah Haddad Alwi Syiah?
Inilah yang hendak dijawab Haddad Alwi dalam testimoni yang dihadirkan bersambung ini. Berikut bagian kedua testimoninya:
"Selama ini saya memilih diam dalam kasus itu sambil terus beraktivitas seperti biasa: merilis album baru, menghadiri undangan dari berbagai lembaga dan organisasi di banyak kota dan daerah di seluruh tanah air.
"Tapi beberapa kawan dan kolega kerja saya menyarankan, bahkan setengah mendesak, agar saya memberikan respon atas tulisan-tulisan fitnah yang sudah merebak luas seperti kanker itu.
Menuruti saran dan desakan itu, saya buatlah tulisan ini dengan niat semata-mata demi mencegah sebagian saudara saya dari perbuatan ghibah; agar aktifitas, perbincangan, dan tulisan mereka di media massa (termasuk media sosial) lebih mengarah kepada hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan umat.
"Sungguh, tulisan ini bukan sebuah pengakuan atau pembelaan diri karena saya sama sekali tidak merasa bersalah dan tidak merasa berbuat kerusakan apa pun. Setelah menulis ini, saya tidak akan melakukan klarifikasi lagi. Bagi mereka yang membaca tulisan ini lalu merasa lega dan menganggap persoalan tentang saya sudah selesai, maka saya ucapkan alhamdulillah.
"Tapi bagi mereka yang masih mempersoalkan diri saya dan memperpanjang issue ini, maka saya hanya akan berucap “Salam atas kalian” sambil berharap semoga suatu saat mereka berhenti dari perbuatan sia-sia itu.
"Inilah otobiografi ringkas saya, agar pembaca punya bahan untuk memahami pribadi seorang Haddad Alwi sebagaimana adanya. Saya dilahirkan dari keluarga Ahlussunnah dan dibesarkan di lingkungan Ahlussunnah.
"Saya mengecap pendidikan agama dari lingkungan NU dan Muhammadiyah, dan bergaul dengan berbagai komunitas lain seperti Al-Irsyad, Persis, dan sebagainya. Setelah SMA, semasa kuliah, saya berinteraksi dengan lebih banyak lagi golongan, termasuk orang-orang yang bermazhab Syi’ah.
"Saya belajar Islam dari banyak guru dengan latar belakang yang berbeda-beda. Untuk melengkapi pengetahuan agama, saya membaca bermacam buku dan menyerap informasi dari berbagai kalangan. Oleh sebab itu, pemikiran dan cara pandang saya terhadap keberagamaan tidak pernah statis, melainkan terus bergerak dinamis hingga saat ini.
"Hanya satu yang tak pernah berubah pada diri seorang Haddad Alwi (sejak kecil hingga detik ini), yaitu kesukaan dan kecintaan saya kepada ayat-ayat Al-Qur’an dan shalawat Nabi.
"Di masa remaja saya sering didaulat untuk membaca tilawah Al-Qur’an atau melantunkan shalawat Nabi dalam banyak kesempatan, karena suara saya dianggap bagus oleh sebagian orang ̶ saya syukuri hal itu hingga kini, karena itulah yang barangkali telah mengantarkan saya kemudian menjadi seorang penyanyi religi dan berkarir di belantika musik Indonesia.
"Pada kesempatan ini saya tegaskan, bahwa profesi dan aktivitas Haddad Alwi tidak ada urusannya dengan mazhab apa pun. Dalam setiap penampilan saya di depan publik selama 15 tahun berkarir di dunia musik religi, tak sekali pun saya pernah berdakwah tentang mazhab tertentu.
"Saya tidak tertarik berdakwah mazhab Syi’ah, bahkan kepada istri dan anak-anak saya sekalipun. Sejujurnya saya merasa bukanlah orang yang ahli dan kompeten di bidang agama, apalagi dalam urusan perbedaan mazhab. Berulang kali saya tegaskan di depan massa bahwa saya bukanlah ustadz, bukan kiai, bukan pula guru. Di atas panggung, saya juga lebih memilih tidak disebut sebagai artis. Kenapa?
"Karena saya tak mau ada “jarak” dengan saudara saya, dengan orang-orang yang menikmati lagu-lagu saya, dan dengan hadirin yang menonton tampilan saya serta mendengarkan tuturan hikmah sekadar yang bisa saya sampaikan.
"Itulah sebabnya selama ini saya tak pernah punya hambatan tampil di depan massa dari kelompok atau golongan mana pun. Saya sering bershalawat di depan massa NU, Muhammadiyah, di hadapan tokoh-tokoh Persis, Al-Irsyad, dan sebagainya. Saya juga sering diundang dalam acara-acara yang diadakan oleh partai-partai politik seperti Golkar, PAN, PKS, PKB, dan lain-lain.
"Saya bahkan pernah beberapa kali bershalawat di hadapan para pemuka agama non-Islam (Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu). Saya shalat berjamaah di masjid mana saja ketika sedang bepergian ke luar kota, dan berusaha keras untuk bisa rutin shalat 5 waktu di masjid di lingkungan tempat saya tinggal jika tidak sedang bepergian. It is no problem, at all!".
(Bersambung)