Kini, Berlaku Aturan Kesopanan Bagi Turis Asing di Arab Saudi
Kerajaan Arab Saudi kini memberlakukan kode etik bagi para turis. Hal itu diterapkan setelah negara itu mulai menawarkan visa turis untuk pertama kalinya. Dengan kode etik itu, Arab Saudi telah meluncurkan penerapan denda bagi 19 pelanggaran terhadap kesopanan.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengumumkan akan menjatuhkan sanksi denda pada wisatawan jika melakukan pelanggaran "kesopanan publik,".
Kode etik baru ini, yang diumumkan Sabtu 29 September lalu, mencantumkan 19 pelanggaran, mulai dari berpakaian tidak sopan, menunjukkan kemesaraan di depan umum. Selain itu, mengambil foto orang lain tanpa izin, meludah, membuang sampah sembarangan, dan memainkan musik pada waktu sholat. Denda berkisar antara 50 dan 6.000 riyal (Rp 190.000 hingga Rp 22 juta).
Pengumuman itu muncul sehari setelah negara itu meluncurkan sistem visa yang memungkinkan warga dari 49 negara untuk mengajukan visa wisata ke kerajaan Arab Saudi.
"Peraturan itu dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengunjung dan wisatawan di kerajaan mengetahui hukum yang berkaitan dengan perilaku publik sehingga mereka mematuhinya," kata Pusat Komunikasi Internasional pemerintah dalam sebuah pernyataan, dilansir Deutsche Welle, Senin 30 September 2019.
Wisatawan perempuan diharapkan untuk menutupi bahu dan lutut mereka. Namun, mereka tidak akan diminta untuk menutupi rambut mereka atau mengenakan abaya, jubah hitam panjang yang harus dikenakan perempuan Saudi.
Sementara itu, pekerjaan memantau pelanggaran dan mengenakan denda akan dilakukan kepolisian Saudi. Bukan satuan Mutawa, yang sebelumnya bertanggung jawab untuk menegakkan hukum agama. Seperti larangan musik, alkohol dan pencampuran jender, atau memastikan bahwa orang beribadah lima kali sehari sesuai kewajiban.
Sejak naik ke tampuk kekuasaan pada 2017, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah meringankan banyak hukum ultrakonservatif Arab Saudi dan mengurangi pengaruh mutawa.
Langkah ini merupakan bagian dari rencana bertahap untuk membuka Arab Saudi ke seluruh dunia dan mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak.
Monarki berharap bahwa dengan merangkul perjalanan liburan, pariwisata akan tumbuh dari 3% menjadi 10% dari PDB pada tahun 2030. Di masa lalu, Arab Saudi hanya memberikan visa perjalanan untuk perjalanan bisnis jangka pendek atau ziarah ke tempat-tempat suci di Mekah dan Madinah.
Sementara generasi muda Arab Saudi telah memeluk norma-norma sosial baru yang lebih longgar, para wisatawan asing mungkin lebih sulit melihat praktik-praktik masa lalu yang masih relatif ekstrem di sebagian besar negara, seperti larangan alkohol dan permusuhan untuk bersosialisasi antarjender.
Advertisement