Dibangun dengan Keadilan, Ini Keagungan Islam yang Terus Diperjuangkan
"Keagungan Islam bukan dibangun dengan provokasi, hoax, fitnah dan kebencian meski seakan-akan menguntungkan.Keagungan Islam hanya bisa dibangun dengan keadilan. Itulah agama yang merahmati alam semesta raya."
Suasana Ramadhan memang bagi umat Islam menjadi istimewa. Kesempatan seluas-luasnya untuk memperdalam ilmu agama. Dalam Ngaji Pasanan 1439 H di sejumlah pesantren, membuktikan hal itu.
Berikut ngopibareng.id, menghadirkan TADABBUR AYAT Al-Quran, yang menekankan betapa masalah keadilan adalah penting. Keadilan merupakan bangunan untuk memperkuat keagungan Islam.
Berikut di antara penjelasan lengkap sesuai khazanah ilmu-ilmu keislaman di pesantren, khususnya dari kitab Tafsir Ad-Durr Al Mantsuur, Tafsir Ibnu Asyur dan Tafsir Sya'rawi:
Pada zaman Rasulullah, kota Madinah juga dihuni pemeluk agama Yahudi dan orang-orang munafik yaitu orang-orang pagan yang mangaku-aku beriman. Tersebutlah Keluarga atau Banu Ubairiq (anam-anak Ubairiiq) satu keluarga yang meski mengaku muslim, namun lebih dekat dengan sifat munafiq.
Suatu malam, mereka mencuri greba besar berisi gandum dan pedang milik salah seorang sahabat Anshar bernama Rifa’ah.
Tahu hartanya dicuri, ia mengutus keponakannya yang bernama Qatadah untuk menghadap Rasulullah melaporkan pencurian tersebut. Katanya, “Ya Rasulallah, kalau gandum, pamanku telah ikhlaskan. Tapi pedang, hendaklah mereka mengembalikan.”
Laporan Qotadah akhirnya sampai ke Keluarga Ubairiiq. Mereka mengutus Asiir bin Urwah untuk menghadap Rasulullah. Dengan sangat piawai, Asiir menyampaikan bantahan-bantahan hingga Rasulullah menghentikan sementara penyelidikan.
Dan lebih dari itu, Asiir sang pengacara ini melemparkan tuduhan bahwa pencuri sesungguhnya bukan Keluarga Ubairiq, melainkan seorang Yahudi bernama Ibnu Samiin.
Ternyata diam-diam, Keluarga Ubairiiq memindahkan barang curiannya ke rumah Ibnu Samiin.
Keluarga Ibnu Samiin Yahudi akhirnya mendatangi Rasulullah. Ia membantah semua tuduhan Keluarga Ubairiiq.
Keluarga Ubairiiq yang secara lahiriah memeluk Islam didukung sebagian sahabat Anshar dari Klan Bani Dhafar.
Dua kelompok warga beradu mulut.
Sebagian sahabat Anshar mencoba memprovokasi Rasulullah dengan sentimen agama:
"Ya Rasulallah, Si Yahudi ini manusia najis. Dia kafir. Telah mengkufuri Allah dan Quran yang Engkau bawa!"
Sebagian lagi berlagak memberi nasihat:
"Ya Rasulallah, jika Engkau memenangkan si Yahudi dan mengalahkan Keluarga Ubairiiq yang muslim, maka putusanmu akan merugikan umat Islam. Kasus ini akan menjadi aib di tengah umat Islam."
Lalu turun ayat untuk membebaskan si Yahudi dari tuduhan:
"Sesungguhnya telah Aku turunkan kepadamu kitab (Quran) ini dengan membawa kebenaran yang nyata, agar Engkau memberi hukum di antara manusia (dengan adil, yaitu) dengan apa yang telah ditunjukkan kepadamu."
Dan janganlah Engkau menjadi pembela orang-orang yang berkhianat (dengan menyalahkan orang yang tidak bersalah). (QS. Annisa: 105)
Dengan keadilan orang yang tidak bersalah harus dibebaskan meski ia beragama yahudi. Dan orang salah harus dihukum meski ia Muslim.
Keagungan Islam bukan dibangun dengan provokasi, hoax, fitnah dan kebencian meski seakan-akan menguntungkan.
Keagungan Islam hanya bisa dibangun dengan keadilan. Itulah agama yang merahmati alam semesta raya.
(Sumber: Tafsir Ad-Durr Al Mantsuur, Tafsir Ibnu Asyur dan Tafsir Sya'rawi)
Wallahu a’lam
M FaesholMuzammil,
Pondok Kulon Banon Kajen.
Advertisement