Diaspora Nusantara, Nahdliyin se-Eropa Tawarkan Strategi untuk RI
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman, M. Rodlin Billah, mengungkapkan, potensi besar diaspora penting untuk Indonesia. Diaspora Nahdliyin -- waga NU -- sesungguhnya telah banyak memiliki keahlian dari berbagai latar belakang dan tersebar di banyak negara.
"Ini merupakan potensi besar yang dapat dengan segera dimanfaatkan pemerintah Indonesia dan PBNU untuk memaksimalkan, khususnya dalam rangka menghadapi new normal," tuturnya, dalam keterangan Senin, 15 Juni 2020.
Menurut Rodlin, yang juga sedang riset program S-3 di Jerman, menyampaikan betapa peran serta para pakar dari Nahdliyyin dapat menyumbang gagasan dan strategi untuk penanganan Covid-19.
Memang, potensi diaspora Nahdliyyin se-Eropa selama ini sangat besar, mereka menjadi pakar dan periset di pelbagai lembaga internasional. Potesi besar inilah yang saat ini coba dimaksimalkan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlayul Ulama se-Eropa.
Hal itu terungkap pada Halal Bihalal Nahdliyin Eropa bersama Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, pada Minggu 14 Juni 2020, pukul 13.30-16.30 CEST bertepatan pukul 18.30-21.30 WIB.
Dalam agenda ini, hadir Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman, HE. Arif Havas Oegroseno; Guru Besar ITS Prof. Dr. Agus Rubiyanto, Rais Syuriah PCINU United Kingdom Didiek S Wiyono, Ph.D, serta beberapa pakar dan profesional Nahdliyyin dari berbagai negara Eropa.
Agenda silaturahmi ini dilanjut webinar yang membahas kebijakan New-Normal, dengan narasumber Dr. Wahyu W Hadiwikarta (Bioinformatikawan di Pusat Riset Kanker DKFZ Jerman), Bakhtiar Hasan, Ph.D (Biostatikawan di European Platform of Cancer Research Belgia), Afrizal Afandi (kandidat Ph.D bidang hukum Leiden University, Belanda), dan Shandy Adiguna (konsultan IT e-trading Bank of America di London, Inggris Raya).
Webinar ini dipandu host Akrimi Matswah (Universitas Freiburg, Jerman).
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), mengungkapkan dukungan atas pengabdian Nahdliyyin di Eropa.
"Ini merupakan bentuk jihad, karena berada di Eropa untuk studi maupun bekerja profesional masih bisa mengabdi untuk syiar Nahdlatul Ulama," ungkap Kiai Said.
Munawir Aziz, Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, menambahkan, diaspora Nahdliyyin ini harus dikoneksikan untuk memberi sumbangsih untuk Indonesia.
"Kami sedang membuat sistem agar potensi-potensi diaspora Nahdiyyin dapat berkontribusi langsung untuk Indonesia dan pesantren. Saya menghitung, ada ribuan profesional dan pakar dari Nahdliyyin yang selama ini berkiprah di pelbagai negara, di lembaga-lembaga riset internasional," jelasnya.
Sementara, Afnan Anshori, Ketua PCINU Belanda mengharapkan potensi besar diasora bisa disatukan untuk memberikan perspektif dan strategi, misalnya dalam konteks penanganan Covid19. "Penting untuk bagaimana PCINU se-Eropa mampu memberikan perspektif dan kontribusi atau sharing strategi bagaimana Indonesia juga NU, serta lembaga pesantren dan madrasah mampu menghadapi era new-normal sebaik mungkin," terang Afnan.
Selanjutnya, PCINU se-Eropa dan negara-negara lainnya akan mendorong pembentukan sistem dan data base Diaspora Nahdliyin Se-dunia, untuk memaksimalkan potensi dan pengabdian pakar dan profesional.