Dialog Peradaban, Ini Pesan Khusus Habib Umar bin Hafidz
Agama Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk menolak fanatisme dalam beragama. Telah dicontohkan Al-Qur’an, yang hanya menyebut nama Nabi Muhammad SAW sebanyak empat kali. Sementara Al-Qur’an menyebut nama Nabi Isa AS sebanyak belasan kali.
“Ini adalah bentuk penolakan Islam terhadap fanatisme,” kata Habib Umar bin Hafiz dalam forum Dialog Peradaban Lintas Agama, di Jakarta, Sabtu 13 Oktober.
Di dalam Al-Qur’an penyebutan kata Muhammad terdapat pada empat ayat yakni Surat Al-Imron ayat 144, Surat Al-Ahzab ayat 40, Surah Muhammad Ayat 2 dan Surat Al-Hujurat ayat 29. Semetara nama Nabi Isa disebut hingga 16 kali, dua kali di Surat Al-Baqoroh ayat 87 dan 253, empat kali di Surat Al-Imron 45, 52, 55 dan 59, dua kali di dalam Surat Annisa ayat 157 dan 171, empat kali dalam surat Al-Ma’idah ayat 110, 112, 114 dan 116, satu kali dalam Surat Maryam ayat 34, satu kali dalam Surat Az-Zukhruf ayat 63, dan dua kali dalam Surat As-Saf ayat 6 dan 14.
"Semua agama telah bersepakat untuk menjaga kerukunan juga hak- hak mereka dalam hidup bertetangga, bila mereka mengganggu keyakinan (agama) yang lain berarti mereka telah mencederai agama mereka sendiri." Habib Umar bin Hafidz.
Habib umar juga mengatakan, satu-satunya nama perempuan yang disebut di dalam Al-Qur’an adalah nama Siti Maryam, ibu dari Nabi Isa. Nama siti Maryam, bahkan disebut dalam Al-Quran sebanyak 30 kali, sementara tidak sekalipun Al-Qur’an menyebut nama ibu Nabi Muhammad Siti Aminah Azzahrah.
Habib Umar hadir sebagai pembicara dalam Dialog Peradaban Lintas Agama tersebut bersama Romo Magnis Suseno, Pendeta Martin Sinaga, Bikku Dhammasubo, Rais Syuriah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj. Kegiatan Dialog Peradaban Lintas Agama ini diselenggarakan oleh kerja bareng antara Majelis Syuriah PBNU, Majelis Muwasholah dan Majelis Dzikir Hubbul Wathon.
Selain tokoh dari berbagai agama, baik Islam, Katolik, Kristen, Budha, dan Konghucu. Ada pula elemen akademisi dan sejumlah aktivis NGO yang hadir dalam forum tersebut.
Wasekjen PBNU dan Sekjen Majelis Dzikir Hubbul Wathon Hery Haryanto Azumi menyebut Kegiatan ini dilatari oleh keprihatinan atas terjadinya krisis di seluruh dunia yang memerlukan keterlibatan para tokoh dan pemuka lintas agama untuk merancang upaya penyelesaian atas krisis yang terjadi.
“Kita perlu merancang kebersamaan antara elemen-elemen bangsa sebagai syarat mutlak terwujudnya perdamaian yang lebih permanen,” kata Hery.
Dalam sambutannya, Romo Franz Magnis Suseno merasa terharu atas terselenggaranya acara ini dengan berkumpulnya tokoh-tokoh agama untuk bersama,-sama membangun Indonesia yang diibaratkan sebuah perahu yang mengarungi lautan untuk menjaga agar perahu itu tidak tenggelam. Mengharapkan untuk Pilpres nanti berjalan damai dan aman dan tidak membawa unsur agama karena kedua Capres adalah orang yang beragama.
Pada bagian lain, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz mengapresiasi kepada Nahdlatul Ulama dan Majelis Dzikir Hubbul Wathon yang menggagas pertemuan ini adalah menjaga suasana yang kondusif antar umat beragama untuk menjaga kedamaian diantara semua umat manusia.
Semua agama telah bersepakat untuk menjaga kerukunan juga hak- hak mereka dalam hidup bertetangga, bila mereka mengganggu keyakinan (agama) yang lain berarti mereka telah mencederai agama mereka sendiri.
Yang membuat problem di masyarakat adalah bersumber dari batinnya sendiri.
Umat Islam wajib beriman atas segala kitab yang telah diturunkan terdahulu Zabur dan lainnya. Kita hormati bagi mereka yang berpegang teguh pada kitab-kitab yang menjadi pegangan mereka dan menjalaninya dengan sepenuh hati.
Semua agama wajib menjaga kedamaian ditengah- tengah kehidupan bermasyarakat dimana (di negara) tempat kita tinggal.
Dalam akhir sambutannya Al Habib Umar mengajak umat untuk mewujudkan kedamaian ditengah masyarakat menjauhkan dari unsur-unsur yang membuat perpecahan ditengah- tengah Bangsa ini. (adi)
Advertisement