Dialog Al-Makmun dan Aristoteles, Kandungan Kitab Al-Fihrasat
Sebelum memasuki ruang seminar nasional, di institute Ilmu al Qur'an (IIQ), Yogyakarta, suatu hari, seorang mahasiswa mencegat KH Husein Muhammad. Lalu ia bertanya: mengapa wajah bapak selalu tampak adem dan sedap dipandang mata?
Dengan hati berbunga-bunga, sambil memuji Allah, KH Husein Muhammad berterima kasih kepada-Nya lalu menjawab spontan: "
"Wajahmu adalah ekspresi isi hatimu".
"Bersyukurlah kepada Allah, bukan hanya atas nikmat yang diberikan-Nya, tetapi juga atas yang tak diberikan-Nya. Jika Allah tidak memberi,itu sesungguhnya Dia memberi".
Lalu apa lagi?."Sambutlah orang yang menjumpaimu dengan senyum".
Lalu?. "Jangan mudah marah atas sesuatu yang tak kamu suka. Kendalikan dirimu".
Lalu sambil menyalami, aku melihat wajahnya bercahaya.
Dialog Indah Aristoteles
Pada kesempatan yang indah, KH Husein Muhammad berkisah amat menarik, tentang para bijak bestari.
Suatu hari, "Aku bertemu teman lama di suatu tempat. Dalam obrolan panjang yang menyenangkan dia meminta aku bercerita lagi tentang dialog antara Khalifah Makmun bin Harun al-Rasyid (w.833 M), pemimpin tertinggi dinasti Abbasiah dengan Aristoteles, filsuf terbesar sepanjang zaman itu. Cerita itu mengesankannya, tetapi dia sudah lupa.
Aku memang pernah bercerita tentang itu kepadanya beberapa tahun lalu. Lalu dia bertanya dari mana aku mendapatkan informasi ini. Aku bilang, kalau tidak salah ingat, aku membaca kisah ini di buku "Falsafah Ibn Rusyd" dialog Muhammad Abduh dan Farah Anton.
Inilah ceritanya :
ذكر ابن النديم في الفهرست أن الخليفة العباسي المأمون رأى في منامه كأن رجلا أبيض اللون، مُشرب بحمرة، واسع الجبهة، مقرون الحاجبين، أجلح الرأس، أشهل العينين، حسن الشمائل، جالس على سريره، وكأني بين يديه قد ملئت له هيبة، فقلت: من أنت ؟ قال: أنا أرسطاطاليس (أرسطو). فسررت به، وقلت: أيها الحكيم أسألك ؟ قال: سل. قلت: ما الحُسن؟ قال: ما حسُن في العقل. قلت: ثم ماذا ؟ قال: ما حسُن في الشرع. قلت: ثم ماذا ؟ قال ما حسُن عند الجمهور قلت ثم ماذا ؟ قال ثم لا.
Ibn Nadim dalam karyanya yang sangat populer: "Al-Fihrasat", menyebutkan : Khalifah Abasiah Al-Makmun bin Harun al-Rasyid bertemu dalam mimpi seseorang berkulit putih, berambut merah, berdahi lebar, alisnya tebal menyatu, berkepala botak, bermata biru dan perangainya bagus. Dia sedang duduk di atas permadani, di hadapanku dia sangat berwibawa. Aku bertanya : "Siapakah anda?". Dia menjawab : "Aku Aristo (Aristoteles)". Aku senang. Lalu aku berkata:"Wahai sang bijak bestari; "apakah aku boleh bertanya?. Dia menjawab : "Silakan, dengan senang hati". Apakah baik itu?". Dia menjawab : "Apa yang dipandang baik oleh akal". Lalu? . "Apa yang dipandang baik oleh aturan agama". Lalu?. "Apa yang dipandang baik oleh mayoritas". Lalu?. "Tidak ada lagi dan tidak ada lagi".
Di tempat lain aku membaca:
وفي رواية أخرى، قلت: زدني. قال: وعليك بالتوحيد.
Dalam riwayat lain disebutkan : "Tolong tambahi". Aristo menjawab : "Hendaklah engkau bertauhid (Meng-Esa-kan Tuhan)."
Demikian semoga bermanfaat (09.12.2020, HM)