Diajar Mbah Mutamakkin, Guru dari Gus Karim bin Hasyim Asy'ari
Oleh: KH Yahya Cholil Staquf
Kisah berikut ini diceritakan kepada saya oleh Kiai Mu’adz bin Thohir bin Nawawi, Kajen, Pati:
Hadlratusy Syaikh Hasyim Asy’ari menitipkan puteranya, Abdul Karim Hasyim, yang masih kanak-kanak, kepada Kiyai Nawawi agar dapat belajar kepada kiyai-kiyai Kajen. Baru tujuh hari tinggal di rumah Kiyai Nawawi, Gus Karim pamit boyong,
“Ngaji saya sudah khatam… katanya sudah boleh pulang…”.
Kiyai Nawawi bingung. Ia belum mulai mengajar Gus Karim sama sekali dan sepengetahuannya Gus Karim juga belum ikut mengaji kepada kiai Kajen lainnya.
“Awakmu ngaji apa, Gus?” Kiai Nawawi bertanya.
“Jurumiyyah”.
“Yang mengajar siapa?”
“Tidak tahu… orang tua…”, Gus Karim menggambarkan guru yang mengajarnya.
Kiyai Nawawi manggut-manggut, menyembunyikan rasa kagetnya. Gus Karim pun dilepas kembali ke Pesantren Tebuireng Jombang.
Beberapa waktu kemudian, Kiyai Hasyim tiba-tiba datang ke Kajen, membuat kelabakan semua orang. Kiyai Nawawi-lah yang dituju.
“Kenapa anakku kau pulangkan, Kang?” Kiyai Hasyim menggungat, “padahal dulu Thohir kau titipkan kepadaku juga kuterima…”
Kiai Nawawi tak enak hati.
“Bukannya saya pulangkan, ‘Yai… tapi kayaknya Gus Karim itu sudah cukup ngajinya”.
“Lho. Cuma seminggu itu memangnya kau ajari apa?”
“Bukan saya yang ngajar, ‘Yai”.
“Lha siapa?”
“Mbah Mutamakkin…”
_____________________
Di pondok-pondok pesantren salaf, fenomena-fenomena semacam ini sering terjadi. Kiai-kiai yang sudah meninggal, bisa mengajar ngaji santri-santri yang masih hidup. Atau, kiai-kiai yang masih hidup, memiliki santri yang bukan hanya berasal dari kalangan manusia, melainkan juga dari kalangan jin. Baik kiai yang jasadnya sudah terkubur namun masih bisa wedar makna kepada para santri yang masih hidup, maupun para kiai yang mengajar ngaji dari kalangan jin dan manusia, bisa demikian adanya oleh karena ilmu yang dimiliki, laku yang ditirakati, sluku yang dijalani, serta kedekatan hubungan beliau-beliau dengan Allah Swt. Sang Maha Dekat. Siapa yang dekat dengan Sang Maha Tahu, akan terpancar pengetahuan dan ilmu-Nya dalam dirinya. Siapa yang dekat dengan Sang Maha Hidup, akan terpancar sifat hidup-Nya dalam dirinya.
Lahum, al-Fatihah....
Advertisement