Di Tengah Terik Panas, WNI di Tokyo Antusias Peringati HUT ke-79 RI
Kedutaan Besar RI di Jepang menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 RI di Sekolah Indonesia Tokyo, KBRI Tokyo, Sabtu, 17 Agustus 2024. Ratusan WNI yang di Jepang hadiri upacara tersebut. Bahkan, mereka antusias dan rela berpanas-panasan mengikuti upacara itu dengan khidmat.
"Saya berharap di momen Kemerdekaan ini, WNI yang tinggal di Jepang tetap menjaga silaturahmi meski berbeda profesi dan suku bangsa," hal itu disampaikan Yuliana Nur Arifin seorang pekerja.
Tidak hanya Yuliana, Andis Stevin dari Komunitas Bonek Jawa Timur di Jepang mengaku terharu dan bangga bisa mengikuti peringatan kemerdekaan RI bersama KBRI Tokyo dan seluruh WNI yang tinggal di Jepang.
"Bangga ya bisa menghormat sang saka merah putih bersama Bapak Dubes. Momen ini bisa menambah kekompakan WNI yang tinggal dari ujung Hokkaido hingga Okinawa," tegasnya.
KBRI Tokyo menggelar rangkaian peringatan HUT ke-79 RI yang terdiri dari upacara pengibaran bendera, pengerukan tumpeng kemerdekaan, pagelaran wayang kulit, aneka lomba dan permainan, kunjungan ke Monumen Soekarno di kuil Seisho Ji, Tokyo, serta upacara penurunan bendera.
Acara pengibaran bendera berlangsung di halaman SIT serta dihadiri pejabat dan staf KBRI Tokyo, pimpinan BUMN RI di Jepang, tenaga pendidik, siswa-siswi SIT serta perwakilan kelompok masyarakat Indonesia. Suhu udara di Jepang yang cukup panas tidak menghalangi semangat petugas dan peserta upacara. Kegiatan upacara juga disiarkan langsung melalui akun resmi Instagram KBRI Tokyo.
DDuta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi bertindak selaku Inspektur Upacara. Sedangkan Komandan Upacara adalah Mayor Laut (P) Marthen Roytamus
Pengibaran bendera Merah Putih dilakukan oleh siswa siswi SIT dan dilatih oleh Taruna Akademi TNI yang tengah melaksanakan Pendidikan di National Defense Academy Jepang.
"KBRI Tokyo melibatkan perwakilan kelompok masyarakat untuk ikut bergembira bersama dalam berbagai olah raga seperti futsal serta aneka lomba seperti tarik tambang dan ikut dalam upacara peringatan HUT ke-79 RI. Kami juga hadirkan pagelaran wayang kulit sebagai bentuk promosi kebudayaan Indonesia," ujar Dubes Heri yang didampingi Ibu Nuning Akhmadi dan sejumlah pejabat serta staf KBRI Tokyo.
"Mengingat jumlah WNI semakin meningkat menjadi lebih dari 180 ribu jiwa, saya mengajak agar silaturahmi dan persaudaraan diantara WNI terus kita pelihara bersama. KBRI senantiasa siap melayani dan melindungi segenap WNI di Jepang," tambahnya.
Pagelaran wayang kulit ikut mewarnai rangkaian kegiatan ini dengan lakon Bimo Lahir dan dalang Sumiyanto dari Sanggar Kesenian Sumilir didukung oleh tim yang seluruhnya warga Jepang.
Acara dimeriahkan dengan aneka lomba yang diikuti seluruh perwakilan masyarakat termasuk anak-anak. Di antaranya lomba tarik tambang, joget balon, balap kelereng dan pesan berantai.
Kunjungan ke Monumen Sukarno
Dubes Heri melakukan upacara penghormatan kepada pahlawan keturunan Jepang di Monumen Soekarno usai memimpin upacara HUT RI di SIT. Monumen Soekarno berada persis di samping Kuil Seisho Ji, Tokyo.
“Ini adalah bentuk apresiasi kita atas peran pahlawan keturunan Jepang yang berjuang bersama pejuang Indonesia dalan mempertahankan kemerdekaan RI ,” kata Dubes Heri yang didampingi oleh Koordinator Fungsi Politik Ali Andika Wardhana, Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Tokyo Muhammad Al Aula dan Atase Pertahanan Laksma TNI Azwan Yusuf.
Monumen Soekarno didirikan oleh Pemerintah Jepang beberapa tahun setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Jepang pada 1958 atas undangan Kaisar Hirohito. Rangkaian kata di monumen itu memuat isi surat Soekarno kepada Ichiki Tatsuo serta Yoshizumi Tomegoro yang tercatat ikut membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sejak masa persiapan kemerdekaan. Ichiki pernah menjadi penasihat Divisi Pendidikan pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Ia juga tercatat pernah menjadi Pemimpin Redaksi Asia Raya.
Sementara itu, Tomegoro Yoshizumi menjabat kepala intelijen di kantor Laksamana Maeda, seorang perwira Jepang yang memfasilisitasi penyusunan naskah teks Proklamasi di kediamannya.
Sebanyak 903 mantan prajurit Jepang ikut bergerilya bergabung dengan tentara Indonesia semasa Perang Kemerdekaan 1945 - 1949. 531 orang di antaranya tewas atau hilang, 45 orang kembali ke negerinya, dan 324 memilih menjadi warga Indonesia hingga akhir hayat mereka.
Advertisement