Di Tengah Dunia Galau: Taubat, Kunci Selamat
Sebenarnya Allah SWT selalu menganugerahkan nikmat yang tiada tara. Bahkan, tak seorangpun mampu menghitungnya.
“Tetapi semua nikmat dan anugerahNya bisa berubah menjadi bencana jika hamba tidak pandai mensyukurinya apalagi dibarengi merasa bangga akan dosa dosa,” kata KH Masyhudi Muchtar.
Untuk memperdalam masalah ini, berikut tausiyah Kiai Masyhudi Muchtar, Pengasuh Pesantren Darul Hikam, Gendangan Sidoarjo:
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). Asy-Syura, Ayat 30.
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ.
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah kenikmatan yang Dia berikan kepada suatu kaum hingga mereka sendirilah yang merubahnya.” (QS. Al-Anfal: 53)
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوْءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْنِهِ مِنْ وَالٍ.
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain-Nya.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
"Tidaklah sebuah kenikmatan dalam bentuk apapun yang lenyap atau meninggalkan seorang hamba, kecuali sebabnya karena sebuah dosa."
Tidaklah sebuah kenikmatan dalam bentuk apapun yang lenyap atau meninggalkan seorang hamba, kecuali sebabnya karena sebuah dosa.
Demikian pula tidaklah datang sebuah hukuman kecuali disebabkan karena dosa juga.
Allah Taala telah mengabarkan bahwa Dia tidak akan merubah kenikmatan yang Dia berikan kepada seorang pun hingga hamba itu sendirilah yang merubahnya. Yaitu dia merubah keta'atan kepada Allah dengan maksiat kepada-Nya, merubah syukur kepada-Nya dengan mengkufuri-Nya, dan merubah sebab-sebab keridhaan-Nya dengan sebab-sebab kemurkaan-Nya.
Jadi jika seorang hamba merubahnya maka Allah pun merubahnya sebagai balasan yang setimpal, dan Allah Rabb alam semesta sama sekali tidak berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya.
Sebaliknya, jika seorang hamba merubah maksiat dengan ketaatan, Allah pasti akan merubah hukuman-Nya dengan keselamatan.
Sayidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata :
مَا نَزَلْ بَلَاءٌ إِلَّا بِذَنْبٍ، وَلَا رُفِعَ إِلَّا بِتَوْبَةٍ.
“Tidaklah sebuah bencana menimpa kecuali disebabkan karena dosa, dan bencana tersebut tidak akan dihilangkan kecuali dengan taubat.”
قال علي ابن أبي طالب رضي الله عنه :
Berkata pula Ali Bin Abi Thalib radliyallahu 'anhu :
كَانَ فِي الأرضِ أَمَاناَنِ مِن عَذابِ اللهِ، وَقَدْ رَفَعَ أَحَدُهُما ، فَدُوْنَكُمُ الآخَرَ فَتَمَسَّكُوا بِه :
Di bumi ini ada dua pengaman dari adzab Allah, yang satu sudah dicabut, tersisa satu untuk kalian, maka jagalah yang satu ini (agar tetap aman dari adzab Allah) :
أمَّا الأمانُ الَّذِي رُفِعَ فَهُوَ رَسُولُ اللهِ ( صلى الله عليه وآله ) ،وَأمّا الأمَانُ البَاقِي فَالاِسْتِغفارُ ،
Sumber aman (keselamatan) yang sudah dicabut adalah (wafatnya) Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, dan sumber keselamatan yang tersisa adalah istighfar, (maka istiqomahkan)
Allah SWT berfirman :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah tidak akan mengadzab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Al-Anfal, Ayat 33).
Demikian, wallahu a’lam. (adi)