Di Tangan Kaum Muda, Arah Baru Ekonomi Indonesia
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir mengatakan, tantangan generasi muda adalah bagaimana menumbuhkan semangat dan peluang untuk berwirausaha. Mereka adalah generasi milenial itu.
"Karena, saat ini masih sangat minim jumlahnya dari kalangan anak muda. Kalaupun ada misalnya, masih kurang memperhatikan profesionalisme dalam bekerja.
“Padahal profesional itu mengenai aturan SOP. Generasi muda harus disiplin dan kita akui saat ini masih kurang banyak,” kata Soetrisno Bachir, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Rabu 27 Maret 2019.
“Bangsa tidak akan ada lompatan kemajuan tanpa adanya industri. Sedangkan kita itu bangsa yang masih banyak disuplai barang-barang kebutuhan industrinya dari luar negeri. Oleh pedagang yang berasal dari Tionghoa. Kita harus akui itu dan itu di mana-mana adanya ‘made In China’,” kata Sutrisno Bachir.
Soetrisno pun mengingatkan pentingnya budaya kedisiplinan bagi kalangan muda. Selain itu, juga generasi muda dituntut untuk menguasai teknologi dan saat ini Indonesia ketinggalan jauh dibandingkan negara lain. Jangankan membandingkan dengan Eropa, dia melanjutkan, dengan Vietnam saja yang merupakan negara ASEAN, teknologi kita masih kalah.
“Bangsa tidak akan ada lompatan kemajuan tanpa adanya industri. Sedangkan kita itu bangsa yang masih banyak disuplai barang-barang kebutuhan industrinya dari luar negeri. Oleh pedagang yang berasal dari Tionghoa. Kita harus akui itu dan itu di mana-mana adanya ‘made In China’,” katanya.
Sebelumnya, ia jadi pembicara kunci dalam Simposium Ekonomi Indonesia yang digelar DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Gedung Dakwan PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 23 Maret lalu. Acara ini mengusung tema "Arah Baru Ekonomi untuk Indonesia Berkemajuan".
Pada bagian lain, Soetrisno juga mengingatkan agar generasi muda mengerti perkembangan yang terjadi di dunia luar. Karena setiap saat terjadi begitu cepat perubahan dan persaingan, dan itu membutuhkan komunikasi verbal yang baik, keterampilan yang cekatan. Untuk itu perlunya menguasai bahasa mereka, menciptakan produk yang tak kalah bersaing dari luar negeri.
“Kita ini hanya sebagai konsumen politik. Makanya kita perlu perubahan dan kita punya prasyarat untuk bisa berubah, karena kita berpendidikan,” katanya.
Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Najih Prastiyo mengatakan, kegiatan simposium ini sengaja mengangkat tema ekonomi karena saat ini sangat penting khususnya bagi generasi muda.
“Kaum muda harus mengerti ekonomi. Tidak hanya politik. Banyak persoalan-persoalan ekonomi yang belum dimengerti kaum muda. Maka kami buka simposium ini untuk membuka cakrawala berpikir generasi muda mengenai ekonomi, bagaimana persaingan dengan bangsa lain dan posisi Indonesia sebenarnya seperti apa dalam percaturan ekonomi global,” urainya.
Najih berharap pemerintah mampu menyeimbangkan neraca perekonomian, menyeimbangkan ekonomi makro dan mikro, sehingga infastruktur yang sedang giat-giatnya digenjot pemerintah dapat bersinergi dengan sektor industri lainnya.
“Bagaimana membangun sistem perekonomian yang baik bagi Indonesia. Itu harapan kami,” tuturnya. (adi)
Advertisement