Di Perairan Probolinggo, Muncul Hiu Tutul
Sekumpulan hiu tutul (whale shark) kembali muncul di perairan laut Kabupaten Probolinggo, Jumat, 2 November 2018. Hiu jenis rhincodon typus itu muncul lebih cepat dibandingkan siklus biasanya, Januari-Februari setiap tahun.
Biasanya sekelompok hiu tutul muncul berkelompok untuk mencari makan di perairan dangkal di sepanjang pantai Probolinggo. Garis pantai Probolinggo sepanjang Tongas-Paiton (56 Km) yang kaya makanan alami (plankton) menjadi sasaran hiu yang sekujur tubuhnya penuh tutul-tutul itu.
Tetapi pada Jumat pagi, Polair Polres Probolinggo yang sedang berpatroli hanya bisa menjumpai dua ekor hiu tutul di perairan laut, Desa Bayeman, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. "Ini termasuk satwa laut yang tergolong langka dan dilindungi," ujar Kasat Polair Polres Probolinggo, AKP Slamet Prayitno.
Dikatakan sudah ada komitmen di antara nelayan di Probolinggo untuk menjaga kelestarian hiu-hiu tutul itu. "Jika ada hiu tutul yang terjaring, nelayan biasanya langsung melepaskannya," ujarnya.
Bahkan bagi sebagian nelayan, kemunculan kawanan hiu tutul justru menunjukkan di perairan tersebut banyak ikan yang bisa ditangkap. "Biasanya di tempat ikan hiu tutul mencari makan kan banyak planktonnya sehingga ikan-ikan lain juga berkumpul di situ," ujar Sumari, warga di Pulau Giliketapang, Kabupaten Probolinggo.
Sumari menambahkan, selama ini hiu-hiu tutul pemakan bio plankton (tumbuhan renik) tidak pernah mengganggu atau menyerang nelayan. "Karena tidak pernah mengganggu nelayan, ya nelayan tidak ingin mengganggunya," ujarnya.
AKP Slamet mengatakan, biasanya hiu-hiu tutul muncul di bulan Januari-Februari setiap tahunnya. Yakni, pada saat puncak musim hujan. "Tetapi kemunculan hiu-hiu tutul tahun ini lebih cepat, sudah muncul di awal November," ujarnya.
Hiu tutul dewasa yang biasa muncul di perairan Probolinggo panjangnya 6-7 meter dan lingkar perut 2-3 meter.
Masih terkait hiu tutul, pada 2009 silam, bahkan Darcy Bradley (26), peneliti dari Eco-Ocean, lembaga nirlaba (non-profit) di Australia menyempatkan datang ke Pantai Bentar, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.
Perempuan yang bekerja untuk situs penelitian hiu tutul, www.whaleshark.org itu meneliti hiu-hiu tutul di perairan Pantai Bentar.
Darcy mengatakan, ekosistem pantai yang banyak ditumbuhi hutan tanaman pantai (mangrove) seperti bakau dan api-api menyediakan plankton yang melimpah. Ini karena plankton banyak bersarang di kawasan hutan mangrove.
Dengan kata lain, hiu-hiu itu akan menjadi "pelanggan" tahunan untuk menyantap plankton di perairan pantai yang dangkal. "Sehingga kalau sampai hiu-hiu itu tidak lagi muncul lagi, berarti eksosistemnya bermasalah," ujar Darcy saat itu.
Kemunculan sekumpulan ikan yang biasa disebut ki-kaki di kalangan nelayan menjadi ikon Pantai Bentar.
Pemkab Probolinggo pun ”menjual” kemunculan hiu-hiu tutul itu untuk objek wisata. Sebuah ikon "I Love Hiu", plesetan dari "I love you" disiapkan untuk menyambut wisatawan yang hendak berkunjung ke Pantai Bentar. (isa)
Advertisement