Di Pasuruan, Wamentan Sebut Susu Sapi Nasional Turun 40 Persen
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi menyebut produksi susu nasional turun hingga 30-40 persen. Hal tersebut diduga disebabkan banyak sapi yang mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) tahun lalu. Kondisi serupa menurutnya juga dialami di wilayah Kabupaten Pasuruan.
Hal itu disampaikan saat meninjau peternakan sapi perah yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD) Sembada, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Ia berharap, peternak di Pasuruan terus produksi susu melalui penambahan populasi sapi, dari masyarakat atau Koperasi Unit Desa (KUD) melalui pembelian KUR. Sehingga, peternak dapat mengangsur dari bank pemerintah.
"Padahal Pasuruan sendiri menjadi salah satu daerah penyumbang susu terbesar di Jawa Timur. Untuk itu saya meminta, agar peternak dapat melibatkan KUD untuk menambah populasi sapi perah demi meningkatkan kembali produksi susu," katanya, dikutip dari Antara.
Kementerian juga merumuskan regulasi kepada Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk mengutamakan koperasi yang melakukan pembinaan kepada peternak.
Populasi sapi perah di Kabupaten Pasuruan sendiri, berdasarkan data yang dipaparkan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfiah, mengalami penurunan hingga 7 persen dari 97.101 ekor di tahun 2021 menjadi 90.304 ekor di tahun 2022. Berdampak pada produktivitas susu yang turun hingga 30 persen. "Tahun 2021, produksi susu sapi di Kabupaten Pasuruan mencapai 137.590 ton. Untuk tahun 2022 turun hingga 30 persen menjadi 96.385 ton," katanya.
Sementara, Ketua KUD Sembodo Puspo Purwo Budi Setiawan menyebut, jumlah peternak sapi di koperasinya mencapai 3 ribu orang dengan rata-rata produksi susu mencapai 27 ton per hari.
Ia juga berharap, pemerintah dapat memberikan kebijakan yang berpihak dan melindungi para peternak rakyat di Jawa Timur. "Sehingga program pemerintah untuk swasembada susu ini dapat berjalan," harapnya.