Di Masa Pandemi Muhammadiyah Hadir Memberi Solusi, Ini Faktanya
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, organisasi yang dipimpinnya sejak awal kelahiran sampai kini tiada henti memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya bergerak dalam menyelesaikan masalah bangsa.
"Di saat kritis, Muhammadiyah tampil menberi jalan keluar seperti dalam memberi titik kompromi Pancasila setelah satu hari Proklamasi 17 Agustus 1945. Kini Muhammadiyah proaktif menghadapi pandemi Covid-19 maupun masalah negeri," tutur Haedar Nashir.
Muhammadiyah terus berbuat lewat pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, membimbing umat di jamaah bawah, dan lain-lain secara nyata memajukan umat dan bangsa.
Aisyiyah dengan sekitar 23 ribu TK ABA/PAUD dan tiga universitasnya (Unisa) dan amal usaha lainnya juga wujud solusi untuk kemajuan. Pekerjaan dakwah bil-hal seperti itu sangat berat dan berkontribusi penting bagi masa depan umat dan bangsa. Meskipun mungkin dipandang tidak heorik dan karismatik.
Menurutnya, Kesibukan Muhammadiyah memang harus dilakukan jika umat dan bangsa ingin maju. Bukan kesibukan egoistik, tetapi langkah nyata membangun keunggulan. Kalau tiap hari ormas gaduh, kapan umat Islam dan bangsa Indonesia maju?
"Situasi ini bukan meninggalkan ruang kosong, tetapi merupakan pilihan strategis apakah umat dan bangsa ingin maju atau tidak. Itulah karisma Muhammadiyah dalam berislam. Menampilkan Islam yang uswah hasanah dan amal saleh berkemajuan. Meneladani Nabi Muhammad membangun al-Madinah al-Munawwarah," kata Haedar Nashir.
Muhammadiyah juga melakukan kritik tegas terhadap kebijakan negara yang dianggap tidak tepat sebagai wujud amar makruf nahi munkar. Di antaranya tentang RUU HIP dan RUU Ciptakerja. Muhammadiyah memang tidak menempuh cara ekstrem dan gaduh dalam amar makruf nahi munkar, karena bukan pilihan yang baik dan tidak sejalan kepribadiannya.
Bila menampilkan wajah ekstrem tentu tampak heroik, tapi beresiko besar bagi masa depan umat Islam dan bangsa Indonesia. Pengalaman satu abad cukup bagi Muhammadiyah menghadapi gelombang besar dan karang terjal.
Muhammadiyah niscaya istiqamah dengan gerakan dakwah moderat berkemajuan yang menebar pencerahan hidup. Islam ditampilkan dalam keteladanan dan amal shaleh. Jalan dakwah yang memajukan memang tidak menarik karena menuntut kerja keras dan usaha membangun keunggulan.
Pendekatan dakwah “lil-muwajjahah” (proaktif-konstruktif) merupakan pilihan Muhamamdiyah hasil Muktamar 2010, yang tidak mengizinkan cara dakwah “lil-mu’aradhah” (reaktif-konfrontatif). Warga Muhamamdiyah jangan terbawa arus, harus terus bersemangat menggerakkan usaha-usaha dakwah moderat berkemajuaan diserta keteladanan hidup.
Ketika umat semarak beragama dan masyarakat luas haus akan nilai-nilai agama, Muhammadiyah hadir dengan dakwah yang memberi kepastian nilai, kedamaian, keselamatan, kebahagiaan, dan pencerahan. Seraya mencegah segala bentuk kekerasan, diskriminasi, ekstremisme, dan anarki dalam kehidupan. Muhammadiyah tidak akan menghadirkan Islam yang keras-ekstrem, meskipun mungkin disenangi sebagian kalangan. Karisma Muhammadiyah tidak di situ!
Berdakwah dan berbangsa selalu ada masalah. Kewajiban semua pihak berikhtiar menyelesaikan masalah secara optimal. Setelah itu bertawakal kepada Allah. Tidak perlu bersesal diri, berpatah asa, sangka buruk, serta saling menghujat dalam menghadapi masalah negeri.
Yakinlah, terdapat kuasa dan rahasiah Tuhan di balik segala peristiwa di muka bumi ini. Kenapa meratapi? Allah berfirman yang artinya, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS al-Anbiya: 35).
Advertisement