Di Masa Covid-19, Ini Tiga Pesan Haedar untuk Warga Muhammadiyah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menilai Muhammadiyah telah teruji dalam mengamalkan pandangan teologisnya di masa sulit pandemi Covid-19.
Haedar menyebutkan tiga indikator kesuksesan itu. Pertama, menurutnya, Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang paling depan dan tanpa ragu-ragu dalam memberikan kodifikasi bimbingan dan tuntunan ibadah dalam kondisi darurat Covid.
“Yang kedua yang kita perlu hadirkan adalah bagaimana Muhammadiyah membangun relasi kemanusiaan yang empatik melalui ukhuwah dan taawun. Alhamdulillah gerakan sosialnya terbukti. Lazismu, ‘Aisyiyah beserta amal usahanya sudah berkiprah,” tutur Haedar sembari meminta warga Persyarikatan menumbuhkan rasa empati kepada warga berpenghasilan rendah.
“Justru itu harus menjadi perhatian kita yang lebih. Apalagi negara. Negara seharusnya berada di garda depan ketika menghadapi situasi seperti ini. Bukankah fakir miskin itu harus ditanggung oleh negara? Bagaimana caranya, itu tugas pemimpin yang diangkat dan dipilih rakyat. Muhammadiyah akan tetap berperan. Ada atau tidak penghargaan kepada kita, dalam situasi apapun Muhammadiyah insya Allah akan tetap berperan,” tutur Haedar, dalam Tabligh Akbar Online Gema Kampus Ramadan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Senin 11 Mei 2020.
“Ketiga, kita harus tetap mencerahkan spiritual, moral, iman, takwa, alam pikiran dan orientasi tindakan umat dan warga bangsa serta elit bangsa. Itu tugas Muhammadiyah yang disebut pencerahan dan Islam yang memajukan adalah Islam yang memberi solusi, Islam yang memperkaya hati, alam pikiran dan orientasi tindakan kita. Bahkan di kala musibah kita harus semakin kuat iman dan takwanya,” pesan Haedar.
“Biarpun sebagian umat kita belum siap, sadarkan mereka dengan hikmah. Begitu juga dalam konteks kebangsaan, ketika masih banyak praktek-praktek berbangsa dan bernegara yang salah urus dan salah berpikir, Muhammadiyah tidak boleh lelah untuk terus meyakinkan banyak pihak, terus mencerahkan alam pikiran orang, dan mengubah keadaan.
"Tapi kita juga perlu tahu bahwa ada batas soal keberhasilan dakwah. Tugas kita adalah terus berdakwah dan tajdid. Jangan mengeluh, jangan meratap ketika kita gagal berdakwah dan tidak dapat mengubah alam pikiran orang. Tugas kita terus berikhtiar,” tutur Haedar.
Advertisement