Di Malaysia Terungkap Jelas Peran Pendidikan 'Aisyiyah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, Ketua ‘Aisyiyah pertama Siti Bariyah merupakan murid KH Ahmad Dahlan. Pada saat itu Siti Bariyah oleh KH Ahmad Dahlan diminta untuk bersekolah yang bukan hanya semata-mata sekolah agama tetapi diminta untuk sekolah umum.
“Dari hasil didikan KH Ahmad Dahlan inilah Siti Bariyah menjadi penafsir ideologi Muhammadiyah diantara yang lain,” ujar Noordjannah.
Hal itu diungkapkan Noordjannah saat memberikan pembekalan bagi pengurus PCIM dan PCIA Malaysia, Sabtu 25 Januari 2020 lalu.
Bersama Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, ia Noordjannah bersama rombongan lawatan ke Malaysia pada tanggal 25 hingga 26 Januari 2019. Salah satu lawatannya yakni melantik Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Malaysia periode 2019-2021.
Pada bagian lain, Noordjannah mengatakan, Nabi Muhammad SAW juga membebaskan perempuan dari ketertindasan yang kemudian dikutip oleh KH Ahmad Dahlan bagaimana di Indonesia ini juga sehingga perempuan-perempuan mendapatkan kesempatan untuk maju.
“KH Ahmad Dahkan mengajarkan bagaimana memuliakan perempuan dan mengikutsertakan perempuan berjuang bersama untuk berdakwah,” jelas Noordjannah.
KH Ahmad Dahlan dengan Al-Maunnya dan tiga pondasi kemduian bergulir begitu cepat, salah satunya soal kesehatan.
“Kesehatan yang pada tahun 1923 itu didirikan klinik termasuk dengan rumah yatim dan anak miskin, Hanya berjarak satu tahun pernyebarannya sudah terasa dengan berdirinya klinik pertama di Jawa Timur pada 14 September 1924 yang kini bernama RS PKU Muhammadiyah, yang didirkan oleh dr. Soetomo. Padahal dr. Soetomo bukan orang Muhammadiyah tetapi tertarik dengan cara dakwahnya KH Ahmad Dahlan,” jelas Noordjannah.
Klinik Muhammadiyah merupakan terbuka untuk siapa saja, atau bahasa lainnya inklusi, karena berdirinya klinik Muhamamdiyah adalah bentuk implementasi perintah dari ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Selain itu, dengan hadirnya TK ‘Aisyiyah pada tahun 1919 semangat sejarah begitu kuatnya menggerakkan dakwah yang ditangani oleh Ibu-ibu ‘Aisyiyah yang salah satunya adalah Siti Umniyah pada tahun 1919.
“Berdirinya TK ‘Aisyiyah pada saat itu salah satunya adalah untuk memerdekakan pribumi untuk melawan penjajah. Kenapa ‘Aisyiyah memilih cara seperti ini? karena dengan pendidikan dini siapapapun akan tercerahkan yang pada waktu itu pendidikan belum begitu menyentuh kaum pribumi,” terang Noordnjannah.
Turut hadir memberikan pembekalan diantaranya Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, dan Sekretaris PP Muhammadiyah, Agung Danarto.
Advertisement