Di Luar Ketawa-Tawa, Nangisnya di Depan Najwa
LAYAR kaca, tempat siapa pun, boleh berakting, teriak-teriak, memaki-maki, atau nangis sekeras-kerasnya, atau cukup berlinang air mata dan berkaca-kaca.
Seperti tersingkap di buku Mata Najwa, Mantra Layar Kaca, yang ditulis Fenty Effendy, penerbit Media Indonesia Publishing, cetak pertama 2015.
Sejak heboh berita Najwa berhenti dari Mata Najwa dan Metro TV, pekan ini, buku setebal 328 ini, ikut diburu di took-toko buku.
Buka halaman demi halaman buku ini, memuat kisah nyata di balik layar kaca, khususnya program Mata Najwa. Proses mulai rapat redaksi, penentuan topic, hingga persiapan on air lain.
Yang lucu, banyak pejabat penting, di luar mah ketawa-tawa, dan sudah banyak diwawancarai media, eh, ketika duduk di Mata Najwa, ia pun … menangis!
Kata orang-orang, inilah “curhat” (cucuran jahat) sesungguhnya. Tangisan politik!
Sebenarnya, bagi awak media TV, khususnya pengasuh infotainment, sudah biasa “mencari”artis yang mau “menangis” di depan kamera. Iham Bintang, misalnya, bahkan siap ngasih bonus kepada reporternya yang bisa memaksa artis menangis di depan kamera infotainmennya, Ceck & Riceck.
Kenapa? Karena tangisan artis di layar kaca, sangat disukai ibu-ibu, mendongkrak rating. “Tangisan di TV itu, sangat diperlukan untuk efek dramatikalnya,” ujar Yaomi al Afghani, Dept Head Infotainment Production Global TV Jakarta, kepada ngopibareng.id, tadi pagi.
Begitu pula para tokoh dan pejabat, layaknya artis, juga menangis saat live di program Mata Najwa.
Hebatnya Mata Najwa, adalah mengemas perdebatan panas politik, menjadi kemasan entertainment yang ciamik -- layaknya sebuah konser drama musikal, yang ditunggu-tunggu pemirsanya dengan berdebar-debar.
Bagi Najwa, sepanas apapun, asal dikemas apik, endingnya tetap indah. Karena politik tak cuma debat logika dan kehendak, tapi juga soal perasaan dan jiwa kemanusian.
Kalau diramu indah dan apik, bisa mengaduk-aduk hati pemirsanya. Syaratnya, ya itu tadi, nara sumbernya harus “bersedia”akting nangis saat live.
Weh …. dramatik..!
Betul-betul menjadi mantra di layar kaca! Dunia memang panggung sandiwara!! (dmr)