Di Kota Seribu Gereja, Islam Nusantara pun Menggeliat
“Umat Islam bisa menjalankan ajaran agamanya dengan baik, tidak terkecuali di kota seribu gereja ini,” kata KH Bukhori dari LDNU.
Ajaran Islam ala Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyah menjadi Islam yang khas Indonesia. Mempromosikan Islam yang rahmatan lil’alamin. Itulah yang dibawa Nahdlatul Ulama (NU) sebagai representasi Islam Nusantara.
Dalam Perjalanan Safari Ramadhan, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) mencoba lebih meluas, hingga di ibukota Australia Selatan, Adelaide. Kota ini dijuluki dengan kota seribu gereja karena di setiap sudut-sudutnya kota dijumpai banyak gereja.
Sebelumnya, Sekretaris LDNU KH Bukhori Muslim mengawali perjalanan safarinya dari Perth di wilayah barat, Melbourne di Victoria, Auckland dan Wellington di Selandia baru. Kegiatan safari Ramadhan ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan merupakan inisiatif dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama wilayah Australia dan New Zealand (PCINU ANZ).
Menurut Ketua Tanfidziyah Tufel Musyadad, yang kebetulan berdomisili di Adelaide selama 10 tahun terakhir, menyatakan bahwa kegiatan rutin ini sangat penting sebagai upaya untuk menebarkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah di wilayah Down Under. Apalagi, akhir-akhir ini masyarakat Islam dunia tengah menjadi sorotan mata dunia karena semakin merajalelanya paham-paham ekstrem dan radikal.
Senada dengan Tufel, Wakil Katib Syuriah PCINU ANZ Sabilil Muttaqien, yang merupakan seorang mahasiswa doktoral dari Universitas Flinders, menyebutkan bahwa manhaj Islam Nusantara perlu disebarkan ke seluruh dunia.
“Karena cara berpikir model ini (Islam Nusantara) yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Islam saat ini,” katanya, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Ahad (3/6/2018).
Dalam lawatannya tersebut, Kiai Bukhori menyampaikan banyak materi dengan tema besar bagaimana menjadi Umat Islam yang baik di tengah komunitas non-Muslim dengan merujuk pada karya-karya ulama besar dan tokoh-tokoh Ahlussunnah wal Jamaah serta menguatkan kembali pemahaman Islam moderat (wasathiyyah).
Selama perjalanan, Kiai Bukhori mengaku terkesan dengan kemajemukan dan keragaman masyarakat di wilayah belahan dunia selatan ini yang begitu toleran dan terbuka terhadap perbedaan.
“Umat Islam bisa menjalankan ajaran agamanya dengan baik, tidak terkecuali di kota seribu gereja ini,” jelasnya.
Hal ini terungkap dalam setiap forum dialog yang difasilitasi oleh jamaah kelompok Kajian Islam Adelaide (KIA).
“Terasa sekali suasana keakraban diantara jamaah dari latar belakang yang berbeda-beda,” tambahnya.
Kegiatan safari Ramadhan di Adelaide akan diakhiri pada Sabtu (2/6/2018) di Universitas Flinders dengan tema khusus tentang ekonomi Islam. Dosen UIN Jakarta itu berharap, kajian tersebut akan memberikan pandangan-pandangan kepada Muslim Australia tentang bagaimana Islam mengajarkan perilaku ekonomi yang baik di dunia yang mayoritas non-Muslim.
Perjalanan akan dilanjutkan ke Brisbane, Sydney dan berakhir di Canberra hingga pelaksanaan shalat Idul Fitri di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). (adi)
Advertisement