Di Jogja, Kiai Ma'ruf Sudah Disebut Wakil Presiden Terpilih
Inilah kunjungan pertama Calon Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin ke daerah paska coblosan 17 April lalu. Ia ke Jogjakarta untuk menghadiri Tasyakuran sukses Pilpres 2019 yang digelar Habib Hilal Al Aidid dan PWNU Daerah Istimewa Jogjakarta.
Hadir dalam acara yang digelar di Komplek Ponpes Krapyak Jogjakarta sejumlah kiai NU. Mereka antara lain Katib Aam Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PKB A Muhaimin Iskandar, Ketum PP GP Ansor Yakult Cholil Qoumas, KH Idris Hamid Pasuruan, Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidilah, KH Najib Abdul Qadir Munawwir, dan Kiai Jirjis Ali Maksum.
Yang menarik, meski penghitungan hasil Pilpres belum ditetapkan KPU, Kiai Ma'ruf beberapa kali sudah disebut sebagai Wakil Presiden Terpilih 2019-2024. Sebutan itu disampaikan oleh pembawa acara dan KH Yahya Cholil Staquf yang memberi sambutan mewakili tuan rumah.
Pembawa acara menyebut Wakil Presiden Terpilih saat memulai acara. Sedangkan Kiai Yahya saat memberi sambutan. "Yang kita muliakan Wakil Presiden Terpilih Prof Dr KH Ma'ruf Amin," katanya. Hadirin pun menyambut sebutan baru untuk mantan Rais Aam PBNU itu dengan teriakan shalawat.
Menurut Kiai Yahya, acara ini merupakan tasyakuran atas terpilihnya Kiai Ma'ruf Amin sebagai Wapres periode 2019-2024. "Ini bukan mendahului KPU. Tapi sekadar cerminan dari keyakinan kita terhadap ilmu pengetahuan yang diwakili ilmu statistik berupa hasil quick count dan insyaallah tidak akan meleset dari hasil KPU yang akan ditetapkan 22 mei mendatang," katanya.
Menurutnya, nikmat ini merupakan hasil pilihan sawadul a'dlom (mayoritas ulama) NU. "Tidak ada yang bisa mengingkari dan menutupi-nutupi nikmat dari hasil sawadul a'dlom NU ini. Seperti yang lalu-lalu, pilihan mayoritas ulama ini selalu menggerakkan sejarah bangsa Indonesia," tuturnya.
Ia lantas menyontohkan sejumlah keputusan mayoritas ulama NU dalam sejarah Indonesia. Mulai dari resolosi jihad yang menghasilkan kemerdekaan RI, keputusan para Ulama NU saat menghadapi krisis 1965, keputusan kiai NU terhadap azas tunggal Pancasila, dan peran ulama NU dalam reformasi politik paska Soeharto.
Dia yakin bahwa pilihan para ulama NU untuk mendukung Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019 ini sebagai pilihan strategis seperti dalam sejarah perjalanan bangsa ini. "Belajar dari sejarah, nikmat besar sekarang ini pasti akan melahirkan tantangan dan persoalan besar bagi NU," tambahnya.
Tantangannya adalah bagaimana menjadikan nikmat ini sebagai tanggungjawab besar untuk mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. "Kita doakan Kiai Ma'ruf Amin sebagai aktor yang melahirkan sawadul a'dlom NU ini selalu dinaungi Allah SWT," tegas anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) jebolan UGM ini.
Dalam kesempatan tersebut Kiai Ma'ruf menyampaikan terima kasih kepada warga NU dan pengurus NU dari berbagai tingkatan di seluruh Indonesia yang telah ambil peran dalam pilpres kali ini. "Memang hasil quick count sudah menunjukkan hasil yang baik atas peran NU tersebut. Kita tunggu real count dari KPU," tambahnya.
Kiai Ma'ruf sempat menyinggung pameo yang selama ini berkembang di masyarakat. Dikatakan bahwa ada pameo jika ada wakil dari NU tidak berhasil. "Tapi kali ini ada wakil NU dan berhasil. Biasanya NU selalu pecah. Tapi kali ini, baik struktural dan kultural bersatu memenangkan 01," katanya.
Peran NU yang diambil sekarang ini untuk menjaga agar negara kesatuan Republik Indonesia tetap utuh. Juga untuk menjamin agar keberagamaan di Indonesia tetap berada pada paham keagamaan yang moderat. "Mudah-mudahan, pemilu yang sudah berjalan aman ini tetap aman sampai tahap akhir," tuturnya.
Kiai Ma'ruf tampak kerasan menghadiri acara ini. Setelah acara, ia masih terus bercengkerama dengan para kiai sampai berjam-jam. (rif)
Advertisement