Di Cirebon, Cicak Jadi Ladang Bisnis Beromzet Jutaan Rupiah
Bagi sebagian orang, binatang cicak menjijikkan. Tapi bagi salah satu warga di Cirebon justru menjadikan cicak sebagai ladang bisnis yang menjanjikan. Sebab, di China peminat cicak sangat tinggi. Namun cicak yang diekspor ke Negeri Tirai Bambu itu bukanlah cicak yang masih hidup, melainkan yang sudah dikeringkan.
Dalam 1 kg cicak kering dihargai sebesar Rp380.000. Namun, harga tersebut berlaku untuk cicak kering dengan kualitas bagus atau dalam kondisi utuh.
Berawal dari Usaha Turun Temurun
Usaha ekspor cicak kering ternyata sudah lama dijalankan oleh salah satu keluarga yang ada di Cirebon, dan menjadi usaha turun temurun yang saat masih terus dijalankan dan bisa menjadi bisnis besar.
Seperti dilansir dari Liputan6, salah satu penjual cicak kering, Purwita, 23 tahun, mengatakan jika usaha menjual cicak kering tersebut sudah 16 tahun dijalaninya. Perempuan yang biasa disapa Ita ini menyatakan, bahwa usaha cicak kering merupakan usaha keluarga.
"Awalnya dari usahanya ibu, sudah 16 tahunan. Saya baru merintis sekitar setengah tahun. Awalnya ada permintaan. Dikirim ke Surabaya," ujarnya.
Cicak Didapatkan dari Pengepul
Purwita mengaku mendapatkan cicak-cicak tersebut dari wilayah Cirebon dan sekitar Jawa Tengah. Sebelum dijual, cicak yang didapat dari pengepul melewati sejumlah proses agar bisa menjadi kering dan siap jual.
"Dapatnya dari wilayah Cirebon, kemudian Jawa Tengah. Itu ada pengepulnya. Masih hidup, kemudian kita keringkan. Kita rendam pakai sabun, nanti lama-lama mati sendiri, kemudian kita oven malam hari, paginya jemur di matahari biar lebih kering. Kemudian baru dijual," jelasnya.
Ita juga menyampaikan bahwa cicak kering tersebut dipesan sebagai bahan baku pembuatan obat. Khususnya untuk ramuan obat China. Untuk itu, permintaan dari Negeri Panda tersebut tergolong tinggi.
"Biasanya untuk obat. Itu diambil semua bagian tubuh cicak seperti langsung digiling. Permintaan dari China. Biasa kirimnya per bulan sebanyak 1 kuintal," lanjutnya.
Dari bisnis keluarga tersebut, Ita mengaku meraup omzet hingga Rp5.000.000 per bulan.
"Pendapatan kurang lebih Rp5 jutaan per bulan. Harapannya semoga bisa terus berkembang," terangnya.