Di Bromo yang Cantik, Fashion Show Berbusana Batik
Sejak diresmikan pertengahan Desember 2018 lalu, Seruni Point di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo semakin menyita perhatian sejumlah kalangan. Bahkan, Minggu, 6 Januari 2019, catwalk untuk fashion show pun digelar di puncak setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
“Kami akan mengusung batik khas Probolinggo ini di ajang fashion show di Hong Kong pada 14 Januari 2019 mendatang,” ujar Lia Afif, desainer asal Surabaya di sela-sela fashion show berbusana batik Probolinggo di Seruni Point, Minggu.
Bisa dikatakan fashion show di atas “gardu pandang” dengan 256 anak tangga di kawasan Gunung Bromo itu merupakan “pemanasan” sebelum tampil di Hong Kong. Sisi lain, fashion show di ketinggian Seruni Point mempromosikan dua hal sekaligus, destinasi wisata (Bromo) juga batik khas Probolinggo.
Kali ini batik khas Probolinggo yang sengaja diangkat adalah Batik Ronggomukti asal Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Selain motifnya menarik, bahan batik yang berasal dari kain sutera dan katun dinilai berkualitas.
Sejumlah model berbusana muslimah mengenakan kain batik melenggak-lenggok di puncak Seruni Point dengan latar belakangan Laut Pasir (Kaldera) Bromo dan di kejauhan tampak Puncak Mahameru. “Kami memilih busana muslim dengan kain batik karena untuk mempersiapkan tahun 2020, Indonesia akan menjadi kiblat busana muslim dunia,” ujar Lia.
Disinggung mengapa memilih Seruni Point sebagai catwalk? “Seruni Point dengan daya tariknya klop dengan warna busana batik yang hitam dengan corak kecoklatan, benar-benar natural,” katanya.
Dalam fashion show di tengah sejuknya alam pegunungan itu, Lia sengaja membawa enam model baju fashion batik dan 20 batik eksibisi. “Busana-busana muslim ini termasuk batik khas Probolinggo akan kami bawa ke Hong Kong,” ujarnya.
Fashion show di ketinggian membuat sejumlah model mengaku, dag dig dug (ketakutan). "Saya sempat takut saat menatap ke bawah, ke arah Lautan Pasir. Ya sempat gemetar juga kaki saat melangkah,” ujar Desi Lia Herman, seorang model. (isa)
Advertisement