Di Blitar Gus Halim Resmikan Kolam Koi Berbasis Internet
Abdul Halim Iskandar, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi meresmikan kolam ikan koi berbasis Internate Of Thing (IOT) berukuran 11 m x 23 m di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Kolam ini menjadi yang pertama di Indonesia berbasis internet.
Gus Halim Kunjungi Blitar
Dalam sambutannya Gus Menteri menceritakan jika kabar tentang kolam itu didengarnya dari seorang rekan yang baru saja membeli ikan koi. Ikan koi itu terlihat indah. "Ternyata ikan koi yang barusan dibeli itu Ikan Koi dari Blitar," kata Gus Halim, Minggu 17 Oktober 2021 .
Dalam kunjungannya, Gus Halim pun mendapatkan banyak penjelasan tentang cara bekerjanya kolam berbasis inetnet dari Andik Setiawan, Ketua Kelompok Masyarakat Koicom Nisikigoi Farm, Desa Kemloko, "Nanti akan saya sampaikan kepada dunia, bahwa di Blitar ada kolam berbasis IOT" tambahnya.
Menteri berharap pengembangan ikan koi berbasis internet itu menjadi percontohan tentang keberhasilan pembangunan pemberdayaan perekonomian masyarakat di pedesaan.
Keberhasilan inovasi budidaya ikan koi di Desa Kemloko ke depan menurutnya bisa direplikasi oleh desa lainnya sesuai dengan prinsip pembangunan di desa. "Sebagai upaya untuk mempercepat pengurangan tingkat potensi kemiskinan yang ada di pedesaan," katanya.
Cara Kerja Kolam Koi Internet
Koicom Nisikigoi Farm yang diketuai Andik Setiawan dan didampingi Naning Suprawati, kandidat Petani Milenial tahun 2021, dan koordinator Aliansi Petani Indonesia Provinsi Jawa Timur bekerja dengan menggunakan teknologi internet.
Kolam di tepi jalan Desa Kemloko, terlihat dibenami dengan piranti komputer di dalam kotak yang dipasang tiga meter dari bangunan kolam. Ada pula pipa jaringan sirkulasi air kolam yang tertata rapi di sisi pinggir kolam, tersambung kabel yang menghubungkan beberapa komponen alat yang melekat di dalam kotak tersebut.
Kondisi yang membuat kolam koi milik Nisikigoi Farm berbeda dengan kolam koi kebanyakan di Blitar. Naning menyebutnya sebagai kolam berbasis Internet of Thing (IOT).
Andik lantas menunjukkan sistem internet di kolam tersebut. Teknologi itu digunakan untuk mengukur suhu air, pemupukan, pemberian pakan, bahkan sampai kepada manajemen risiko terhadap tanda bahaya, secara terukur dan otomatis.
"Pemberian pakan bisa terukur, kadar PH air terkontrol sehingga peliharaan ikan koi tidak mudah terserang hama penyakit dan mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh tingginya kadar amoniak dan tingkat keasaman," katanya.
Naning menambahkan, penggunaan internet bisa mengurangi biaya pemeliharaan mencapai 35 persen, dan bisa memperbaikan kualitas warna pada ikan koi yang identik dengan ikan hias.
Penggunaan internet juga mampu menghubungkan seluruh device yang berbeda dengan cara menambahkan sensor dan kecerdasan digital, sehingga akan memungkinkan pengguna untuk melakukan komunikasi secara real time tanpa melibatkan campur tangan manusia.
Pembangunan biaya kolam seluas 11 x 23 meter ditambah komponen aplikasi IOT, menurutnya menelan biaya hingga Rp 200 juta.