Di Bawah Suhu 15 Derajat, Eksotika Bromo Hipnotis Wisatawan
Probolinggo: Ribuan wisatawan yang separuhnya khusus datang untuk menyaksikan even Eksotika Bromo dibuat hanyut dengan penampilan ratusan penari yang tampil di atas lautan pasir Gunung Bromo, di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jumat (7/7). Suhu di bawah 15 derajat celsius seakan tak terasa. Mereka tak beranjak dari tempatnya sampai pentas usai.
Penampilan drama tari kolosal besutankoreografer Hary Lentho itu tak membuat penonton bosan. Mereka seakan terhipnotis menyaksikannya rancaknya penari dari STKW, Unesa Surabaya, dan Karang Taruna Desa Jetak itu selama 1,5 jam ‘’Seperti nonton bioskop ya. Tapi saya puas. Bagus penggarapannya’’ kata Ema, salah seorang wisatawan asal Yogyakarta.
Komentar sama juga disampaikan artis ibu kota Ayushita, yang tampil sebagai pembawa puisi kidung tengger berjudul Kusuma di drama tari berlatar cerita legenda Joko Seger dan Roro Anteng. ‘’Saya senang menjadi bagian drama kolosal ini. Ceritanya bagus, dan acaranya sukses,’’ katanya usai acara. Ayu Sendiri mengaku suhu dingin Bromo tak mempengaruhi penampilannya.
Pentas Eksotika Bromo ini merupakan even kali pertama digelar, sebagai even yang diselenggarakan untuk meramaikan upacara Kasada yang akan jatuh pada 9-10 Juli . Sedangkan Bromo Eksotika digelar pada 7-8 Juli, di lokasi upacara bendera lautan pasir Bromo. Lokasinya sendiri memang cukup strategis.
Menpar Arief Yahya memang menyarankan setiap event harus dipromosikan di media, melalui tiga timeline. "Yakni dengan pre event, on events dan post events," katanya.
Setiap pengunjung yang akan menuju kawah Bromo pasti akan melewatinya. Karena terletak di sisi timur jalan kearah Pura Luhur Poten yang akan digunakan untuk upacara Kesada 9-10 Juli nanti. Gerbang pintu masuk pun dikemas dengan sederhana namun terlihat indah dan banyak dimanfaatkan
Berlatar Gunung Bromo dan kekokohan Gunung Batok disampingnya, penonton disuhuhi penampilan seniman berbagai daerah. Acara dibuka sekitar pukul 14.30. Penampilan Jaranan Jetak dari Probolinggo menyambut para penonton ketika akan memasuki lokasi yang disetting sebagai lokasi pertunjukkan sendratari legenda Bromo di akhir acara.
Begitu jaranan Jetak selesai, penonton seolah digiring untuk menempati tempat duduk di lokasi utama yang berada di sebelahnya. Di lokasi pertunjukkan utama ini, penonton disuguhi penampilan music Daul Sakera Pemekasan.
Para pemain musiknya berupa peralatan gong, jidor, terompet, tong-tong yang terbuat dari potongan kayu setkitar 1,5 meter dengan rongga di bagian tengahnya serta togtog taal. Mereka berada di memainkan musik di atas kereta Kencana.
Kemudian ada tari Jaranan Slining Lumajang yang merupakan tarian untuk penyambutan tamu. Pementarasan pun dilanjutkan dengan Musik Jegog Suar Agung Jembrana, Bali. Ada pula Tari Mahameru dan Topeng Gunung Sari Tengger
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo Sidik Wijnarko mengatakan, meski event tersebut baru perdana digelar, namun apresiasi dari masyarakat begitu besar. Bahkan, wisatawan yang hadir menonton acara tersebut, membuat pemkab lega.
“Untuk target, Alhamdulillah sudah terpenuhi. Mereka banyak yang datang untuk menyaksikan gelaran ini, sekaligus lanjut menyaksikan perayaan Kasada,” terangnya.
Sidik menuturkan, kegiatan ini juga berdampak pada hunian di Sukapura. Biasanya, wisatawan hanya datang ke Kasada saat perayaan saja, saat ini bisa menginap empat hari. “Yang biasanya menginap selama dua hari, kini bisa menginap selama empat hari. Hampir 90 persen hotel di Sukapura disewa pengunjung,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, sejumlah pejabat juga turut hadir. Di antaranya dari Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan juga Konsulat Jenderal (Konjen) Cina.
Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari yang hadir, terlihat menikmati sajian tari dan musik di event tersebut. Ia berharap, acara semacam ini rutin digelar untuk memberikan alternatif hiburan bagi wisatawan yang berkunjung. Terutama menjelang perayaan Yadnya Kasada. “Dengan kegiatan ini, maka Kabupaten Probolinggo semakin dikenal,” terangnya.
Lebih lanjut, kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini, menjadi bukti bahwa pemkab memberikan ruang pada masyarakat untuk berpartisipasi mengembangkan wisata lokal.
Jika sebelumnya warga setempat hanya menjadi penonton, kini warga juga ikut berperan aktif atas kesuksesan gelaran tersebut. “Saat ini masyarakat dapat terlibat langsung dalam acara ini. Biasanya hanya melihat dan menonton saja, untuk saat ini menjadi tuan rumah dan ikut langsung di dalam prosesnya,” ujarnya. (Azh)