Di Bawah Bayangan Scarring Effect
oleh: Sri Mulyani Indrawati
DARI Niigata (Jepang), saya langsung bertolak ke Jeddah untuk menghadiri Pertemuan Tahunan @isdb_stories hari ini. IsDB merupakan salah satu Bank Pembangunan Multilateral Islam yang membantu mengatasi krisis di negara-negara tertinggal dan berkembang atau dikenal juga dengan South-South Partnerships (SSPs). Khususnya, pada masa pandemi lalu yang membuat banyak negara berkembang mengalami kesulitan keuangan serius.
Indonesia sendiri memiliki sejarah panjang dalam memimpin dan memberikan kontribusi dalam SSPs. Dimulai tahun 1955 pada Konferensi Asia-Afrika di Bandung, juga tahun 1961 saat kita mengadakan Konferensi Gerakan Non-Blok yang kemudian berkembang menjadi SSPs.
Indonesia juga ikut membantu negara kurang berkembang dengan mendirikan Badan Pembangunan Internasional Indonesia (Indonesian AID). Hingga saat ini, Indonesian AID mengelola dana abadi sebesar USD 551,7 juta, dan telah mengalokasikan dana tersebut untuk 23 negara penerima di berbagai wilayah di sektor kesehatan, pendidikan dan pertanian, juga dalam instrumen hibah dengan total USD 7,5 juta. Untuk tahun 2023, kita mengalokasikan USD 17,2 juta, antara lain melalui kerjasama dengan IsDB maupun dengan mitra pembangunan lainnya.
Baru-baru ini, Indonesia juga telah melakukan Peningkatan Modal Khusus (SCI) dan disetujui menjadi pemegang saham terbesar ke-3 dari IsDB.
Kita siap untuk memberikan dukungan penuh kepada IsDB untuk membantu negara-negara tertinggal dan berkembang, termasuk program SSP, juga berkontribusi kepada umat muslim dan masyarakat global pada umumnya.
Dari Governors’ Roundtable Meeting “Leveraging South-South Partnerships to Fend Off Crises”, Jeddah, 13 Mei 2023.
Berbagi Pengalaman
Terkait Presidensi G20 Indonesia pada High-Level Interactive Seminar yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IsDB). Presidensi G20 Indonesia berhasil meraih capaian penting bagi perekonomian dunia. Dalam situasi ketegangan global Presidensi Indonesia berhasil melahirkan leaders declaration, utamanya pada tiga agenda prioritas.
Tiga agenda prioritas tersebut diantaranya, Menguatkan sistem kesehatan global, mengakselerasi transisi energi, dan transformasi digital.
Tidak berhenti di situ, capaian signifikan Presidensi G20 Indonesia mencakup salah satunya adalah deklarasi untuk mengimplementasikan Two-Pillar International Tax Package pada G20 Bali Leaders' Declaration November 2022.
Selain itu, negara anggota G20 juga telah menjanjikan $81,6 Milyar melalui Resilience and Sustainability Trust (RST) untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan, termasuk yang disebabkan oleh pandemi dan perubahan iklim.
Presidensi G20 Indonesia menekankan pada pentingnya mekanisme transisi energi (Energy Transition Mechanism/ETM) sebagai skema untuk mencapai target net-zero emission. Sebagai Troika G20, Indonesia akan terus mengadvokasikan pentingnya pandemic fund, kegiatan transisi energi, serta ETM pada Presidensi India tahun ini.
Sebagai penutup, saya juga ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungan IsDB selama Presidensi G20 Indonesia 2022 lalu. Kerja sama merupakan jalan untuk mewujudkan keadilan dan kemajuan dalam kondisi geopolitik yang sangat dinamis.
Risiko Scarring Effect
Terdapat tantangan berat yang dihadapi negara berkembang pasca pandemi Covid-19. Dalam sesi dialog G7 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting pada Jumat 12 Mei 2023, saya jelaskan:
Negara berkembang saat ini masih dibayangi oleh risiko scarring effect dari pandemi Covid-19, juga tensi geopolitik yang masih berlangsung dan risiko dari pengetatan kebijakan moneter global.
Dalam diskusi tersebut, saya sampaikan bahwa negara berkembang masih mengalami risiko scarring effect sebagai dampak pandemi, tensi geopolitik yang terus menguat, dan efek rambatan dari kebijakan pengetatan moneter.
Selain itu, pembiayaan dengan biaya yang tinggi menjadi salah satu tantangan berat. Sehingga peran vital G7 dan G20 sangat diperlukan dalam mendorong dan mengharmonisasikan berbagai kebijakan.
Multilateral Development Bank pun perlu meningkatkan kapasitas untuk mengatasi permasalahan global seperti perubahan iklim, krisis pangan, dan pandemi.
Adapun Indonesia bersama negara anggota G20 telah membentuk Pandemic Fund untuk menguatkan kemampuan dan kesiapan negara berkembang dalam merespons risiko adanya pandemi selanjutnya secara lebih baik.
Sementara itu, pembiayaan untuk pengembangan infrastruktur juga perlu mendapat dukungan dari negara maju. Pendanaan infrastruktur yang terjangkau tentu akan sangat membantu negara berkembang dalam memacu pertumbuhan ekonominya. *
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan RI.
Advertisement