Di Balik PBNU Gandeng Erat Muhammadiyah, Strategi Islam Moderat
Sebagai representasi organisasi Islam moderat di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) akan membuktikan diri di kancah global untuk menggelar Forum Religion of Twenty (R20). Forum internasional yang mendapat dukungan dari Rabithah Alam Islamy, yang digelar di Indonesia, akan dihadiri sejumlah tokoh Islam dan pemimpin dunia Islam dari sejumlah negara.
Peran NU dalam tata pergaulan global telah dirintis sejak awal berdirinya. Sejak kelahirannya pada 1926, para tokoh NU telah melakukan "diplomasi" dengan membentuk Komite Hijaz guna menyampaikan aspirasi kepada Raja Ibnu Saud, sebagai penguasa Hijaz agar memberi kelonggaran dalam praktik ibadah di Masjidil Haram sesuai pandangan empat mazhab.
Dalam perjalanan berikutnya, pembelaan NU terhadap derita rakyat Palestina atas penindasan Israel, telah dilakukan sejak tahun 1930. Dalam perjalanan berikutnya, sejumlah tokoh pesantren pun berperan dalam diplomasi perjuangan kemerdekaan di Timur Tengah.
Yang menjadi momen penting pada masa era Presiden Sukarno, digelarnya Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) pada 1964-1965 dengan tampilnya KH Idham Chalid sebagai Ketua PBNU dan KH Achmad Syaichu sebagai sekjen KIAA.
Diplomasi Jalur Kedua
Di masa KH Abdurrahman Wahid, diplomasi jalur kedua (scondtrack diplomacy) telah berjalan lancar. Yang menarik lagi, konsep ini langsung diadopsi KH Ahmad Hasyim Muzadi dengan membentuk International Conference Islamic Schooler (ICIS) yang menggelar pertemuan hingga lima kali selama kepemimpinannya (1999-2010).
Kini, di masa kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf, Nahdlatul Ulama hendak membuktikan diri di kancah global untuk menggelar Forum Religion of Twenty (R20). Guna menyukseskan perhelatan itu, bertempat di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima silaturahmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Minggu pagi 4 September 2022.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf yang didampingi dengan Ketua Pelaksana Forum Religion 20 (R20), KH Ahmad Suaedy disambut langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y Thohari, beserta Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
“Saya sowan kepada ketua umum PP Muhammadiyah, pertama, mohon doa restu karena ini pertama kali saya berkesmpatan sowan sejak sesudah Muktamar (ke-34 NU 2021),” ungkap Gus Yahya, panggilan akrab Ketua Umum PBNU.
Selanjutnya, Gus Yahya menyampaikan bahwa dalam pertemuan ini ikut dibahas potensi ta’awun antar kedua belah organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
“Kedua, kita ingin ada kerja sama yang lebih erat antara PBNU dengan Muhammadiyah, bahkan kami mulai membicarakan kemungkinan kerja sama kelembagaan antara kedua orang ini dalam mengakses berbagai masalah di tengah masyarakat kita,” ujarnya.
Tak lupa, PBNU juga mengundang Muhammadiyah untuk terlibat dalam forum Religion of Twenty (R20) yang akan digelar pada 2-3 November tahun ini di Bali.
“Alhamdulillah didiskusikan, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah akan lebih erat bergandengan tangan dalam menopang kebersamaan, persatuan, dan harmoni bangsa dan negara yang kita cintai ini,” pungkasnya.
Menyambung Gus Yahya, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bersyukur atas silaturahmi ini. Haedar juga menyampaikan tahniah atas kepengurusan baru Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
“Selamat atas amanah yang ditunaikan oleh Gus Yahya dan kawan-kawan, insyaallah Muhammadiyah dan NU semakin bergerak maju untuk memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta,” ujarnya.
Haedar mengatakan Muhamamdiyah siap melangkah bersama-sama untuk menjalankan berbagai program kolaboratif. “Tadi kita memang mendiskusikan melangkah lebih jauh untuk program-program kerja sama yang lebih melembaga dan memang umat bangsa kita memerlukan peran konkrit lagi dari Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia. Kerja-kerja pencerdasan, pencerahan, pemberdayaan dan juga tidak kalah penting menyatukan, membangun ukhuwah yang lebih meluas di lingkungan umat beragama dan bangsa Indonesia. Dan insyaallah nanti akan ada pertemuan-pertemuan berikutnya,” kata Haedar.
“Terakhir, kami juga menyambut baik undangan dan program R2O yang disiapkan oleh PBNU dan insyaallah akan berjalan dengan baik, terus menggalang dialog dan kerja sama antara agama di seluruh kawasan sebagai ikhtiar membangun dunia yang lebih damai, saling terkoneksi,” tegasnya.