Gagal Renang Balikpapan-Malang pakai Galon, Pemuda Jabung Selamat
Dedik Purnomo, terapung-apung selama 3,5 jam di atas permukaan air laut Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Berbekal dua galon air mineral yang dirakit jadi pelampung, pemuda berusia 27 tahun ini nekat nyemplung ke laut. Dia berharap suatu saat bisa menepi di salah satu pantai di Malang, kampung halamannya.
Dedik mendesain sendiri pelampung buatannya dengan bahan sederhana. Terdiri dari dua buah galon di samping kanan dan kiri, sebilah kayu sepanjang 60 sentimeter menghubungkan dua galon tersebut.
Agar galon tidak kemasukan air, Dedik menutup lubang galon dengan botol air minuman soda yang diikat menggunakan kabel kawat.
Namun sesaat di lautan, keyakinan dan tekatnya mulai luntur berganti banyak tanya dan keraguan. Kepalanya berdenyut, perutnya mual, terombang-ambing ombak dan terbakar sengatan matahari, pada Kamis, 17 Desember 2020.
"Di laut saya sudah merasa pusing lalu muntah-muntah karena terombang-ambing," tuturnya kepada Ngopibareng.id, pada Minggu 20 Desember 2020 di rumahnya Desa Putuk Rejo RT 005 RW 005 Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Ia mulai meragu. Ia tak yakin apakah tekat dan upayanya cukup untuk membawanya menepi di salah satu garis pantai di Malang. Dedik mulai pasrah. Kemungkinan terburuk seperti dimakan hewan laut, nyasar ke tempat lain, atau tenggelam, semakin kuat muncul.
"Saya tidak punya bayangan. Tidak masuk akal juga, bisa sampai, karena galon tidak bisa diarahkan," katanya.
Namun tak lama terapung, Dedik bertemu dengan bantuan yang ternyata membuka jalan baginya untuk pulang ke Malang. Sejumlah petugas di sekitar pelabuhan tersebut berhasil mengevakuasi Dedik setelah curiga melihat ada galon terapung dengan manusia.
"Pertama dilihat oleh motoris speedboat. Terus mereka curiga, awalnya lihat galon. Saya dilihat pakai topi Arema. Terus saya disamperin sama orang speedboat. Waktu itu saya bilang mau pulang ke Jawa," ujarnya.
Kepulangan Dedik memang tidak diketahui oleh kakaknya, Syahrul. Ia pergi tanpa permisi sekitar siang hari dengan membawa dua buah galon yang dipakainya sebagai bahan pelampung.
"Saya pergi tidak bilang karena sungkan sama kakak saya. Sungkan karena semua ditanggung kakak saya ketika di rumahnya, mulai rokok juga makan," terangnya.
Dedik mengaku, lima bulan terakhir ia mengadu nasib di Pulau Borneo. Awalnya ia bekerja sebagai pegawai rumah makan di wilayah Kutai Timur. Namun hanya sebulan ia bekerja, atasannya sudah memintanya pulang. Gangguan otot syaraf di pergelangan tangan dan kaki kanannya membuatnya sering gemetar dan dinilai tak cakap untuk pekerjaannya.
"Jadi sering gemetar (tangan dan kaki kanan) akibat kecelakaan 2010 lalu, sepulang nonton Arema di Gajayana. Karena tugas saya mengangkut panci dan lain-lain. Orang warung khawatir melihat kondisi saya. Saya disuruh pulang ke rumah," tuturnya.
Dedik hanya satu bulan berada di Kutai Timur. Selebihnya ia menumpang di rumah kakaknya di Balikpapan. Jaraknya sekitar 8 jam perjalanan dari Kutai Timur.
Di rumah kakaknya ia menumpang selama kurang lebih empat bulan lamanya, sebelum ia bekat nyemplung ke laut, dan kemudian bisa pulang dengan bantuan walikota setempat dan Aremania di Balikpapan
"Saya bersyukur bisa pulang lagi ke rumah berkat bantuan Walikota Balikpapan, nawak-nawak Aremania di Balikpapan juga kepada kakak saya Syahrul," ucapnya.
Dedik akhirnya pulang ke rumahnya pada Sabtu 19 Desember 2020, kemarin malam, berkat bantuan tiket gratis dari Walikota Balikpapan serta sejumlah uang sangu dari nawak-nawak Aremania di Balikpapan.
"Bupati Malang beserta Dinsos dan lain-lain juga ikut menyambut kedatangan di Bandara Juanda. Mereka, mengantar saya dari Surabaya sampai ke rumah," tutupnya.