Di Balik Hikmah Ramadhan, Habib Anis: Beragama dengan Cinta
"Jika ingin beragama sebaiknya terlebih dahulu menumbuhkan cinta di dirinya. Karena yang paling bisa mendekati Allah tentu lewat jalan cinta. Perasaan cinta itulah yang menjadi kemuliaan manusia," tutur Habib Anis.
Ibadah puasa dalam bulan suci Ramadhan diakui memiliki banyak pembelajaran berharga. Di antaranya puasa mengajarkan tentang bagaimana beragama dengan dasar rasa cinta.
Puasa sendiri, menurut Habib Anis Sholeh Baasyin, pengasuh Suluk Maleman, bukanlah mengajarkan untuk tidak melakukan apa yang tidak mampu melakukannya. Puasa sangat jelas mengajarkan untuk tidak melakukan apa yang kuasa dilakukan.
“Dan prinsip tersebut berlaku untuk semua. Termasuk berpuasa mengomentari orang lain. Apalagi dengan mudahnya mengkafirkan orang lain,” ujar Habib Anis dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa (12/6/2018).
Hal tersebut banyak dicontohkan Rasulullah. Beliau tidak berani menilai atau malah menghukumi sesuatu atau seseorang, kecuali yang memang sudah jelas duduk persoalannya.
Bahasan itu langsung muncul di awal Ngaji Budaya Suluk Maleman di Pati, Sabtu (9/6) hingga Ahad (10/6/2018). Bahkan seharusnya nilai-nilai luhur itulah yang patut untuk dipertahankan saat ramadhan usai bukan justru sebaliknya.
Menurut Habib Anis, Nabi Muhammad juga tidak pernah menyakiti apalagi menyerang pihak lain; bahkan berperang hanya diizinkan sebagai pilihan terakhir, itupun hanya untuk mempertahankan diri.
“Berbeda dengan zaman sekarang, orang justru senang mencari musuh dimana-mana. Perbedaan dibesar-besarkan dan diidentikkan dengan permusuhan, sehingga seolah-olah beragama itu mencari lawan,” tutur Habib Anis.
Padahal menurut para ahli, hadits yang tidak diragukan kebenarannya hanya berjumlah sekitar 100 saja. Sedangkan sebagian di antaranya masih ada keraguan. Yang banyak muncul sebenarnya hanya tafsir.
Sedangkan tafsir tentu menurut kemampuan penafsirnya dan tak boleh dipaksakan sebagai kebenaran yang final. Kalau dipaksakan, yang terjadi kumudian adalah perang tafsir atau hegemoni salah satu tafsir dengan memberangus tafsir yang tak bersesuaian.
“Oleh karena itu tentu saja sekarang ini harus siap menerima ragam tafsir. Sikap seperti itu yang penting diterapkan. Baik dalam beragama apalagi bernegara,” jelasnya.
Habib Anis juga mengingatkan jika ingin beragama sebaiknya terlebih dahulu menumbuhkan cinta di dirinya. Karena yang paling bisa mendekati Allah tentu lewat jalan cinta. Perasaan cinta itulah yang menjadi kemuliaan manusia.
“Malaikat itu selalu bertasbih, tapi kenapa manusia yang paling sempurna? Karena manusia punya cinta,” terangnya.
Seperti para sahabat Anshor yang ikhlas membagikan separuh hartanya kepada saudara Muslim yang berhijrah. Hal itu tentu tidak akan bisa dilakukan jika didalam dirinya masih ada ego. Harus punya cinta untuk melakukan hal sebesar itu.
“Bahkan ada yang mengatakan salat satu rakaat karena cintanya kepada Allah bernilai lebih baik dari pada salat seribu tanpa ada cinta di dalamnya,” tambahnya.
Suluk Maleman edisi ke-78 yang digelar kemarin pun terasa begitu spesial. Acara yang dihadiri ratusan orang tersebut dibuka dengan pagelaran Semesta Cinta oleh Orkes Puisi Sampak GusUran sepanjang 90 menit pertama. (adi)
Advertisement