Di Akhirat pun Kita Masih Butuh Arahan Ulama
Kanjeng Rasul Muhammad saw. merupakan lentera bagi segenap hati manusia, syariatnya merupakan tuntunan yang dapat mengantarkan seisi semesta guna menggapai ridha Allah Sang maha Pencipta.
Demikian Ustadz Ilham Zubair Nawawie, juru dakwah dari Wiyung Surabaya, mengawali pesan keislamannya. Berikut tausiyah lengkapnya:
Sudah sekitar empat belas abad beliau pergi meninggalkan kita, namun ajarannya, kelemah lembutan dan kesantunan kepribadiannya tetap masih bisa kita rasakan melalui mauidhoh-mauidhoh yang disampaikan oleh para pewarisnya.
Ulama merupakan ahli waris para nabi yang berperan meneruskan perjuangan dan melestarikan ajaran para nabi. Ulama juga bertanggung jawab dalam menjaga akidah umat supaya tidak melenceng dari akidah ahlussunnah wal jamaah.
Para ulama disamping ahli waris para nabi, mereka juga orang-orang kepercayaan Allah. Oleh karenanya jika kita ingin selamat dan tidak tersesat jalan dalam menuju ridha Allah, maka kita harus mengikuti jejaknya, senantiasa meminta fatwanya, dan sendiko dawuh kepada mereka.
"Lantas ulama seperti apakah yang harus kita ikuti? Mengingat dewasa ini istilah ulama sudah banyak disalah artikan. Ada yang mengaku sebagai ulama, ada yang mendadak ulama, dan bahkan ada yang dinobatkan sebagai ulama."
Lantas ulama seperti apakah yang harus kita ikuti? Mengingat dewasa ini istilah ulama sudah banyak disalah artikan. Ada yang mengaku sebagai ulama, ada yang mendadak ulama, dan bahkan ada yang dinobatkan sebagai ulama.
Mari kita kembali pada pembahasan awal. Kanjeng Rasul menyatakan bahwa ulama adalah ahli waris para nabi. Dari sini dapat kita pahami bahwa ulama adalah seseorang yang mewarisi ilmu dan perilaku nabi.
Mewarisi dari segi ilmu, tentunya harus dilakukan dengan proses ta'allum (belajar). Sebagaimana tesis yang menyatakan العلم بالتعلم "Ilmu akan dapat dihasilkan dengan cara belajar" Bukan ulama karbitan, bukan mendadak ulama, dan bukan pula yang diangkat menjadi ulama.
Jadi proses belajarnya jelas. Dari pondok mana, berguru kepada Kyai siapa, dan sanad keilmuannya bisa dipertanggung jawabkan hingga bersambung kepada Kanjeng Rasul Muhammad saw.
Karekteristik ulama pewaris nabi, jika dia berdakwah, maka materi dakwahnya merujuk pada referensi yang valid, dan dia lakukan dengan cara-cara yang santun sesuai dangan cara dakwah nabi.
Sifat dakwahnya mengajak, tidak suka menyinggung, menyalahkan, membid'ahkan memonopoli kebenaran, dan lebih mengedepankan etika serta kasih sayang kepada umat dalam berdakwah.
Tipe ulama seperti ini sangat kita butuhkan fatwa dan petuahnya. Bukan hanya di dunia, tapi juga berkelanjutan hingga ke alam surga. Sebagimana dawuh Kanjeng Rasul:
ان اهل الجنة ليحتاجون الى العلماء في الجنة، وذلك انهم يزورون الله تعالى في كل جمعة، فيقول لهم: تمنواعليّ ماشئتم، فليتفتون الى العلماء، فيقلون : ملذا نتمنّى؟ فيقلون تمنوا عليه كذاوكذا، فهم يحتاجون اليهم في الجنة كمايحتاجون اليهم في الدنيا.
(رواه ابن عساكر، مختار الاحاذيث ٣٩)
"Sesungguhnya para penghuni surga masih membutuhkan ulama di surga. Hal itu karena pada setiap hari jum'at mereka bertamu kepada Allah, lalu Allah dawuh kepada mereka: Mintalah apapun yang kalian inginkan! Lalu mereka menoleh kepada ulama dan bertanya: Sebaiknya kami meminta apa? Ulama menjawab: Mintalah ini dan itu. (Jadi) meski di surga mereka tetap membutuhkan ulama sebagaimana mereka membutuhkannya di dunia."
اللهم اعناعلى ذكرك وشكرك وحسن عبادتم
اللهم صل على سيدنامحمد
Demikian wallahu a’lam. (adi)