Di AJC Global Forum, Gus Yahya: Saya Berdiri di Sini untuk Palestina
“Saya berdiri di sini untuk Palestina, saya berdiri di sini atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka,” tutur KH Yahya Cholil Staquf, Senin (11/6/2018).
“Saya berdiri di sini untuk Palestina, saya berdiri di sini atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka,” tutur KH Yahya Cholil Staquf, Senin (11/6/2018).
Gus Yahya, panggilan akrab Katib Am PBNU, menjelaskan hal itu setelah video dialognya di Israel mendapat respon positif dari warganet. Hal itu Gus Yahya usai menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi yang diprakarsai America Jewish Commitee (AJC) Global Forum di Yerusalem.
Gus Yahya, dengan pembawaan yang kalem, tenang, dan runut dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan Rabi David Rosen, sang moderator. Menurut Gus Yahya, adanya dia jadi pembicara di Israel merupakan upaya memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
Dalam forum tersebut, Gus Yahya pun menjelaskan perihal peran aktif Indonesia dan Nahdlatul Ulama (NU) bagi keberlangsungan kehidupan sebuah bangsa di level global. Hal ini merupakan salah satu usaha untuk meneruskan perjuangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di sejumlah negara untuk mewujudkan perdamaian dunia, termasuk kemerdekaan rakyat Palestina.
Moderator Rabi David Rosen yang juga salah seorang Direktur di Forum Global AJC melontarkan pertanyaan terkait hubungan Islam dan Yahudi kepada Gus Yahya. Rosen merujuk kepada eskalasi konflik antara Palestina dan Israel yang berdampak pada sentimen Islam dan Yahudi di beberapa negara termasuk di Indonesia.
Gus Yahya tidak menampik bahwa hubungan Islam dan Yahudi bergerak fluktuatif. Selain sentimen yang ditimbulkan oleh konflik Palestina-Israel, hal itu juga terkait sejarah panjang antara dua negara tersebut.
Putra KH Cholil Bisri Rembang ini pun mengungkapkan, konflik tersebut terkait dengan kekurangpahaman akar konflik sesungguhnya. Sehingga masing-masing agama harus memahami ajarannya dengan baik dan benar.
Dia memberikan sejumlah hal terkait langkah yang bisa dilakukan umat Islam dan Yahudi untuk mewujudkan kehidupan yang lebih damai.
“Pertama, harus menemukan solusi baru terkait fungsi agama dalam kehidupan nyata. Kedua, harus ada interpretasi lebih antar-agama untuk membimbing umat agar tercipta harmonisasi antarumat beragama,” tutur Gus Yahya.
Pada akhir statemennya yang mendapat aplaus meriah dari hadirin yang memadati ruang dialog, Gus Yahya juga menyampaikan tentang prinsip Rahmah dalam ajaran Islam yang diartikan sebagai kasih sayang dan peduli terhadap sesama. Dua sifat ini juga menjadi prinsip bagi agama mana pun di dunia.
Gus Yahya menegaskan, solusi perdamaian dunia di Timur Tengah dan di belahan dunia manapun adalah dengan Rahmah atau kasih dan peduli pada sesama manusia.
Ketika Rahmah ini diimplementasikan di dunia, maka keadilan akan tercipta. Ketika keadilan tercipta, maka perdamaian dunia akan terwujud. (adi)