Di Afghanistan, Kalajengking Bukan Lagi Jadi Binatang Olok-olokan
Di Indonesia, kalajengking mungkin masih jadi sekadar wacana. Atau bahkan jadi olok-olokan. Tetapi di Afghanistan, perburuan binatang ini sudah berlangsung beberapa tahun, dan beberapa bulan belakangan lebih meningkat lagi dan berkembang menjadi sektor bisnis yang menjanjikan.
Seorang pengepul atau dealer lokal dari provinsi Herat barat mengatakan, Herat dan provinsi di sebelahnya yaitu Farah, memiliki padang pasir yang sangat luas, telah menjadi tempat perburuan umum bagi para gembala dan penduduk setempat yang miskin. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam dan terkadang berhari-hari untuk menangkap kalajengking.
Kalajengking sangat dicari untuk penelitian medis, pengobatan dan penggunaan lainnya. Racun kalajengking digunakan untuk mengembangkan senyawa untuk obat-obatan anti kanker. Di Beberapa negara seperti China dan Thailand, kalajengking menjadi salah satu menu di restoran mewah.
Pengepul yang tidak bersedia disebut namanya itu kepada Arab News menjelaskan, hewan yang masuk jenis invertebrata atau hewan tak bertulang belakang itu dapat menghasilkan ratusan dolar.
“Seekor kalajengking dengan berat 60 gram dijual seharga 120.000 Dolar AS. Itu semua tergantung pada ukuran kalajengking. Ukuran makin besar, harga timbangannya makin mahal," kata broker tersebut.
Karena bisnis menguntungkan, maka jumlah broker juga terus bertambah. “Tetapi makin banyaknya broker justru membuat harga scorpion makin mahal. Mungkin karena persaingan. Harga akhir kalajengking meningkat dengan kenaikan jumlah broker," katanya.
Seorang broker lain di Herat bernama Khan menambahkan, beratnya kalajengking itu termasuk indikator penting, karena kalau seekor kalajengking memiliki berat lebih dari 40 gram, itu artinya dia memiliki harapan hidup yang lebih panjang.
Kalajengking yang diperoleh di Provinsi Farah, juga akhirnya dibawa ke kota Herat, di mana para broker lokal bersaing satu sama lain untuk menemukan pembeli asing untuk barang dagangan mereka.
Para pembeli asing datang daru China dan Iran, yang akan membawa kalajengking-kalajengking itu ke luar negeri untuk keperluan penelitian dan konsumsi medis.
“Ini telah menjadi bisnis baru yang menggiurkan selama beberapa bulan terakhir.
Di masa lalu kami biasa membunuh kalajengking, karena mereka sangat mematikan. Sekarang kami mengejar mereka hingga ke Afghanistan,” kata seorang broker dari China kepada Arab News.
Di Pakistan, negara tetangga Afghanistan yang kondisi geografinya tidak jauh berbeda dengan Afghanistan, kalajengking sudah menjadi perdagangan legal dengan melibatkan pemerintah dan regulasinya. Sedang pihak berwenang di Afghanistan masih mempertimbangkan apakah praktik bisnis ini akan dikekang atau dibiarkan. Ketidak tentuan aturan di Afghanistan ini membuat khawatir para broker atau pedagang kalajengking yang sudah memperoleh hasil lumayan dari bisnis binatang ini.
Karena itu, semua transaksi kalajengking di sini dilakukan di bawah tanah. Bisnis juga dilakukan melalui media sosial," kata Khan, dari Herat.
Seorang wartawan dari harian Kabul, beberapa waktu lalu melakukan investigasi untuk korannya. Dia membeli kalajengking 10 gram seharga 1.000 Dolar AS dari dealer lokal di Herat. Wartawan itu menyamar sebagai pembeli untuk sebuah perusahaan farmasi asing, kata Hashte Sobh, dalam edisi 29 Mei kemarin.
Ada permintaan yang tinggi untuk racun kalajengking, terutama di AS dan Eropa, di mana - menurut laporan yang diterbitkan di Wall Street Journal - produk tersebut dijual seharga 39 juta Dolar per galon.
Menyelundupkan kalajengking itu mudah karena makhluk itu tangguh dan bisa bertahan di iklim panas. Dia juga bisa bertahan hidup dalam kotak tertutup tanpa makanan selama beberapa minggu.
Anggota parlemen dari wilayah Herat menyatakan keprihatinannya terhadap perdagangan kalajengking ini , terutama dampaknya terhadap ekosistem.
Juru bicara untuk Pemerintah Provinsi Herat, Jailani Farhad, menegaskan bahwa perdagangan itu sudah beberapa lama berlangsung, dan pihak pemerintah lokal sedang menyelidikinya.
“Kami mengumpulkan fakta dan mencari legalitas tentang apakah jenis perdagangan semacam serangga langka itu ilegal atau tidak. Instruksi telah diberikan kepada otoritas lokal, kata Farhad kepada Arab News.
Kazim Humayoun, seorang ahli ekologi berbasis Kabul, mengatakan bahwa Afghanistan telah menyusun "Daftar Merah" yang melarang perburuan dan penyelundupan 148 spesies binatang, burung dan serangga.
“Ada spesies yang telah punah dan beberapa berada di ambang kepunahan. Burung elang di sini dan burung lain bernama Dogh Dogh juga menjadi atraksi utama bagi pemburu lokal dan Arab di masa lalu, ”katanya. (nis/arabs news)
Berikut adalah video tentang seorang dokter di Afghanistan yaitu dr. Mohammad Shirzad yang melakukan pengobatan dengan menggunakan bisa kalajengking.