Dewan Kesenian Surabaya Sebarkan Undangan Sluman-slumun
Dewan Kesenian Surabaya sudah mengedarkan surat undangan kepada seniman Surabaya untuk mengikuti Musyawarah Dewan Kesenian Surabaya, yang berlangsung hari Minggu 29 Desember pagi.
Sejak dibentuk tahun 1971, setiap akan pergantian pengurus, Dewan Kesenian Surabaya menggelar Konvensi Seniman Surabaya. Bukan Musyawarah DKS. Mereka yang diundang adalah para seniman yang berkarya, bermukim di Surabaya, yang dalam konvensi itu akan memilih siapa-siapa yang akan jadi pengurus Dewan Kesenian Surabaya.
Dewan ini menjembatani antara seniman dan Pemkot Surabaya, sehingga arah perkembangan kesenian di Surabaya dapat berjalan beriringan. Setelah pengurus dipilih oleh para seniman, maka Wali Kota akan membuat SK tentang susunan pengurus DKS tersebut. Berdasarkan SK Wali Kota ini, maka setiap tahun DKS akan memperoleh anggaran kegiatan kesenian yang anggarannya masuk nomenklatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya. Pengurus DKS akan bekerja untuk kepentingan seni dan kota, bukan kepentingan pengurusnya sendiri.
Dalam surat bertanggal 20 Desember 2019 yang ditandatangani Ketua Dewan Kesenian Surabaya Chrisman Hadi dan Galuh Tulus Utama, Ketua Muyawarah Dewan Kesenian Surabaya, tertulis lengkap dan susunannya sebagai berikut;
Surabaya adalah sebuah kota yang merupakan ruang pertemuan berbagai etnis suku dan agama yang menjadikan kotanya sebagai wilayah yang multikultural. Seiring dengan perkembangannya yang megapolitan, ruang-ruang kebudayaan (ruang publik berkesenian), menjadi tantangan besar bagi pertumbuhan masyarakat (Seniman/budayawan). Oleh karenanya di penghujung kepengurusan Dewan Kesenian Surabaya (DKS) tahun 2020-2025 kami bermaksud mengundang /Seniman/ Seniwati / Budayawan pada acara Musyawarah Dewan Kesenian Surabaya 2019 guna mencari figur pemimpin DKS ke depan. Adapun acara tersebut akan diselenggarakan pada:
Hari: Minggu,
Tanggal; 29 November 2019,
Pukul: 09.00 – selesai,
Tempat: Great Diponegoro Hotel (Hall Lt.5), Jl. Diponegoro No. 125, Surabaya.
Semar Suwito, seorang seniman senior Kota Surabaya mengatakan, persoalannya bukan hanya pada nama kegiatan yang diubah seenaknya oleh pengurus, tapi juga siapa saja yang diundang oleh pengurus untuk mengikuti pemilihan pengurus itu.
“Siapa saja yang didaftar untuk diundang. Kalau nanti DKS beralasan karena tempatnya terbatas, kenapa pilih tempat terbatas? Dari dulu Konvensi Seniman Surabaya diselenggarakan di Balai Pemuda yang bisa menampung banyak seniman? Kalau tempatnya sewa, siapa yang membayari sewanya, katanya DKS tidak punya uang, kok bisa sewa tempat di hotel? Tanya Semar Suwito.
Menurutnya, melihat surat tersebut bertanggal 20 Desember, berarti sudah seminggu surat itu dikonsep. “Laopo atik model sluman-slumun koyok ngono iku, jancuk!” kata Semar dalam dialek Suroboyoan. (nis)
Advertisement