Detik-detik Ketika Gempa Palu Menelan Seisi Desa ke Dalam Tanah
Bencana dasyat gempa disusul tsunami yang mengguncang Donggala, Palu dan Sigi, Sulawesi Tengah menyisakan banyak kisah pilu.
Salah satunya adalah rusaknya dua desa yakni Kelurahan Petebo, Kota Palu dan Desa Jonooge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Warga sekitar menuturkan, saat kejadian pada Jumat 28 September 2018 petang, bumi tiba-tiba bergetar dan retak yang disusul lumpur keluar dari sela-sela retakkan tanah.
Lumpur yang dimuntahkan perut bumi seperti menelan seisi desa ke dalam tanah dan menyeret kampung Petebo hingga dua kilometer dari posisi semula.
Akibatnya, hampir seluruh bangunan di kawasan itu rata dengan tanah. Roboh diguncang gempa lantas dilumat lumpur yang keluar dari dalam tanah.
Hal yang sama terjadi di Jonooge. Sebagian besar rumah dan fasilitas umum seperti jalan tenggelam seperti dilumat bumi. Ribuan korban di daerah itu diperkirakan masih tertimbun tanah bersama bangunannya.
"Kami belum bisa identifikasi. Di Perumnas Balaroa dan Kelurahan Petobo misalnya, kerusakannya sangatlah parah," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu Fresly Tampubolon di Palu, seperti dikutip Antara, Senin 1 Oktober 2018.
Husnan, salah seorang warga menuturkan, beberapa detik setelah gempa 7,4 SR mengguncang, tiba-tiba muncul semburan air yang cukup tinggi, lalu tiba-tiba permukaan tanah menurun sehingga ikut menarik seluruh benda di atasnya.
Bahkan, beberapa bangunan seperti masjid bergeser jauh sekitar 50 meter dari posisi semula. "Istri dan anak-anak saya tidak bisa diselamatkan. Saya perkirakan mereka terperangkap dalam rumah lalu digulung tanah," kata Husnan.
Saat kejadian, Husnan sedang berada di kantor, sedangkan istri dan anak-anaknya ada di rumah.
Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said mengatakan belum tersentuhnya beberapa titik bencana terparah karena akses yang terputus.
Sigit mengatakan tim penanggulangan bencana memprioritaskan lokasi bencana yang dapat dijangkau cepat.
Hingga hari ketiga pascagempa, jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 1.203 orang, sedangkan titik pengungsian mencapai 324 lokasi yang diperkirakan mencapai 18 ribu orang. (ant/man)