Detik-detik Erupsi Semeru, Warga Pertanyakan Peringatan Dini
Gunung Semeru erupsi pada Sabtu, 4 Desember 2021. Sejumlah warga terdampak di Kecamatan Pronojiwo, Lumajang mengaku tak mendapatkan peringatan dini sebelum Semeru meletus.
Tak Ada Peringatan Dini
"Tidak ada tanda-tanda Semeru akan erupsi, tidak ada peringatan apa pun kalau Semeru akan meletus," kata Abdul Manan, 54 tahun, warga Pronojiwo, Lumajang, dikutip dari detik.com, Minggu 5 Desember 2021.
Ia melanjutkan, warga akan sangat terbantu bila peringatan dini telah diberikan. Namun lantaran tak ada peringatan dini, warga tetap beraktivitas seperti biasa ketika Semeru meletus.
Ia mengingat, saat Semeru erupsi dia sedang berada di halaman rumah. Diawali dengan banjir lahar dingin, lava turun dari lereng dan menumpuk, disertai awan panas yang ikut turun ke perkampungan.
Suasana sore di tengah turun hujan langsung berubah gelap gulita seperti malam hari. Dalam kondisi itu, Abdul Manaf bergegas menyelamatkan istri dan anaknya.
"Kemudian saya lari ke halaman rumah dan tiba-tiba cuaca seperti malam hari, sudah gelap gulita. Kemudian saya tarik anak saya masuk ke dalam rumah lalu pintu saya tutup. Saya sudah pasrah dan khawatir saat itu dan merasa sudah tidak akan selamat," kata Abdul Manaf.
Kini ia berada di titik pengungsian darurat di dalam sebuah masjid di Kecamatan Pronojiwo. Kini sedikitnya 1.000 warga mengungsi akibat erupsi Semeru.
Semeru Berstatus Level 2
Erupsi yang terjadi di Gunung Semeru menurut Kepala Badan Geologi ESDM, Eko Budi Lelono, sesuai dengan kebiasaan gunung tersebut, yaitu bertipe vulkanian dan strombolian. Tipe ini dikenali dari kawah Jonggringsaloko yang terbentuk sejak tahun 1913.
Dikutip dari kanal Youtube BNPB, Eko menyebut gaya letusan Semeru menyebabkan adanya luncuran kawah panas dan lahar dingin. "Kubah lava yang hancur di bagian puncak menyebabkan guguran awan panas baru, yang menjadi karakteristik Gunung Semeru," katanya.
Ia melanjutkan jika berdasarkan aktivitas per 1 hingga 4 Desember 2021, tidak terekam kegempaan yang menunjukkan kenaikan gempa yang berasosiasi dengan suplai magma atau batuan segar ke permukaan.
Potensi ancamannya yang mungkin keluar berupa lontaran batu pijar di sekitar puncak, juga material abu yang bisa tersebar lebih jauh terbawa angin.
Potensi ancaman lain dari erupsi Semeru adalah berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah atau ujung lidah kubah ke area Selatan dan Tenggara dari puncak. "Jika terjadi hujan di puncak, dapat terjadi banjir lahar dingin di sungai yang bermuara di puncak," lanjutnya.
Ia menyimpulkan, berdasarkan potensi ancaman bahayanya, Gunung Semeru masih berstatus level 2 atau waspada. "Rekomendasinya agar pengunjung wisatawan dan masyarakat tak beraktivitas di sekitar 1 kilometer sekitar puncak Semeru, dan radius 5 kilometer dari arah bukaan kawah di sektor selatan Semeru," katanya.