Destinasi Wisata Solo Siap Manjakan Wisatawan Saat Libur Lebaran
Libur Lebaran tahun ini, #PesonaMudik2018 di Kota Solo menawarkan destinasi wisata yang seperti tak berkesudahan. Segudang #PesonaDestinasiLebaran2018 siap dihadirkan Solo untuk memanjakan wisatawan.
"Selain banyak destinasi menarik, juga banyak event berkelas di Solo. Solo sepertinya tahu betul bagaimana memanjakan wisatawan," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Hal itu terlihat dari beragam julukan yang dimiliki Solo. Seperti Kota Bengawan, "The Spirit of Java", Kota Angkringan (Hik), Kota Batik, Kota Budaya, Kota Kuliner, Kota Kreatif, Kota Pusaka, Kota Seni, sampai kota asalnya Presiden Joko Widodo.
Menurut Arief Yahya, tidak terlalu repot bagi orang Solo untuk pergi jalan-jalan ke mana saja saat libur Lebaran tiba. Berikut ini #Top10DestinasiLebaran2018 Kota Solo berdasarkan rekomendasi GenPI Solo untuk mengisi libur Lebaran Anda bersama keluarga.
1. Kampung Batik Laweyan
Laweyan menjadi salah satu pusat batik yang tertua dan terkenal di Kota Solo setelah Kampung Batik Kauman. Kampung ini memiliki luas area 24.83 hektar dan berpenduduk kira-kira 2500 penduduk di mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang ataupun pembuat batik.
Kampung Batik Laweyan sudah menjadi ikon batik Solo sejak abad ke-19 ketika asosiasi pedagang pertama kalinya dibentuk yaitu Sarikat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1912. Hingga sekarang 250 motif batik khas Kampung Batik Laweyan sudah dipatenkan. Berbeda dengan Batik Kauman yang cenderung berwarna gelap dan motif klasik, Batik Laweyan lebih menawarkan batik warna lebih terang.
Selain memiliki sejarah sebagai kota batik tertua, gaya arsitektur kampung batik juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dinding tinggi dan gang-gang sempit menjadi karakter khas kampung batik ini.
Bangunan rumah pedagang batik Laweyan banyak dipengaruhi oleh arsitektur Jawa, Eropa, Cina dan Islam. Bangunan mewah ini menjadi ciri kejayaan saudagar batik asli pribumi Laweyan pada masa itu dan dikenal dengan sebutan “Gal Gendhu”.
2. Pura Mangkunegaran
Selain Keraton Kasunanan, Kota Solo juga memiliki istana yang indah dan megah yaitu Pura Mangkunegaran. Nama Pura berasal dari bahasa Jawa yang artinya istana atau kerajaan. Pura Mangkunegaran menjadi pusat budaya dan seni di Kota Solo. Berbagai koleksi berharga yang ada di dalam istana dipercaya berasal dari Kerajaan Mataram dan Majapahit.
Pura Mangkunegaran didirikan pada tahun 1757 melalui sejarah yang cukup panjang. Selama berkunjung ke Pura Mangkunegaran, Anda akan ditemani seorang tour guide.
Begitu memasuki area Puro Mangkunegaran, Anda akan menemukan bangunan bergaya Eropa bertuliskan Kavalerie-Artillerie, yang menjadi tempat pasukan berkuda Mangkunegaran. Begitu memasuki pintu gerbang Anda langsung disuguhkan arsitektur pendopo bergaya Jawa-Eropa. Pendopo biasa digunakan untuk pertunjukkan tari dan wayangyang biasanya diiringi dengan satu set gamelan bernama Kyai Kanyut Mesem.
Setelah melewati pendopo, pengunjung akan menuju Pringgitan, tempat di mana keluarga kerajaan tinggal dan Rekso Pustoko, tempat koleksi benda-benda kerajaan seperti koleksi topeng, kereta dan berbagai koleksi lainnya
3. Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton Surakarta merupakan salah satu bangunan yang eksotis. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Keraton Yogyakarta.
Tiket masuknya tidak mahal, wisatawan sudah dapat berkeliling menikmati koleksi benda kuno di museum, dan juga berfoto dengan prajurit penjaga Keraton Surakarta. Ada pohon sawo kecik, yang artinya sarwo becik, serba baik. Ada kereta-kereta kencana yang dulu ditarik kuda dipamerkan di Keraton Surakarta.
4. Pasar Triwindu
Menurut sejarah, Pasar Triwindu berdiri sejak 1939. Pasar ini diselenggarakan untuk meramaikan acara naik tahta Adipati Sri Mangkunegara VII yang ke 24 atau tiga windu (Triwindu). Dahulu tanah pasar merupakan milik Pura Mangkunegaran kemudian beralih menjadi milik Pemerintah Kota Surakarta. Pada tahun 2011, Pasar Triwindu dibuka dan diresmikan oleh Walikota Surakarta, Bapak Joko Widodo dan namanya berubah menjadi Windujenar. Sejak saat itu, Pasar Triwindu menjadi pusat barang antik di Kota Surakarta.
Pasar Triwindu terletak di kawasan koridor budaya Ngarsopuro, di seberang Pura Mangkunegaran. Tepatnya di Jalan Diponegoro, Keprabon, Kota Surakarta. Tidak jauh dari Jalan Slamet Riyadi.
Pasar barang antik ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Pasar Triwindu memiliki bentuk bangunan berupa bangunan joglo dengan yang komponen utamanya berupa kayu. Jumlah kios di Pasar Triwindu mencapai 257 kios yang tersebar di dua lantai. Lantai satu didominasi oleh kios barang antik. Sedangkan untuk lantai dua, ada beberapa kios yang menjual onderdil bekas. Pasar ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum, seperti kantin, kantor pengelola, musala, toilet, tempat bongkar muat barang, dan lahan parkir.
5. Kampung Batik Kauman
Kampung Batik Kauman juga menjadi pusat batik tertua di Kota Solo. Lokasinya tidak jauh dari jalan utama Slamet Riyadi dan Jalan Rajiman. Kampung Batik Kauman dapat ditempuh dengan bus Batik Solo Trans (BST) dari Stasiun Balapan.
Konon, Kampung Batik Kauman dulunya adalah pemukiman abdi dalem Keraton Kasunanan. Mereka mempertahankan tradisi dengan cara membatik. Dibandingkan dengan Laweyan, batik Kauman lebih menampilkan motif batik klasik yang didasarkan pada pakem atau standar keraton.
Dalam perkembangannya, sampai sekarang Batik Kauman memiliki 3 jenis batik yaitu batik klasik dengan motif pakem (batik tulis) yang menjadi produk unggulan Kampung Batik Kauman, batik cap dan batik kombinasi cap dan tulis.
6. Museum Keris Nusantara
Museum ini diresmikan Presiden Joko Widodo pada Agustus 2017. Museum Keris Nusantara di Solo ini menyimpan koleksi senjata tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Namun mayoritas koleksinya berasal dari tanah Jawa. Koleksi lainnya berasal dari Bugis, NTT, Papua, dan Aceh.
Seperti keris luk (bengkokan) 5 dengan tangguh (perkiraan era pembuatan) Gayo, Aceh. Kemudian keris luk 9 tangguh Bugis. Ada pula pedang bener dari Makassar.
7. Museum Radya Pustaka
Museum ini terletak di Jalan Slamet Riyadi. Atau, tidak jauh dari Taman Sriwedari. Museum Radya Pustaka didirikan Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada 18 Oktober 1890. Konon, museum ini merupakan yang tertua di Indonesia.
Museum ini sebelumnya merupakan kediaman seorang warga negara Belanda. Namanya Johannes Busselaar. Karenanya, museum ini pun memiliki nama lain yaitu Loji Kadipolo.
8. Pasar Gede
Pasar Gede Hardjonegoro atau yang biasa dikenal dengan Pasar Gede Solo, adalah salah satu bagian sejarah Kota Solo. Pasar ini berada di Jalan Jenderal Sudirman menuju Jalan Urip Sumohardjo.
Pasar Gede menjual banyak oleh-oleh. Namun, harganya tidak menguras isi kantong. Di sini, kita juga bisa melakukan wisata kuliner murah meriah dan nikmat. Seperti soto ayam kampung, telor asin, goreng-gorengan, es dawet ayu dan masih banyak lagi.
Bagi pecinta kopi, ada juga toko yang menjual kopi digiling ditempat untuk dibawa pulang.
9. Pasar Klewer
Pasar Klewer dikenal sebagai salah satu pusat grosir batik terbesar di Indonesia. Pasar ini terletak di Jalan Dr. Radjiman. Dan, sudah eksis sejak tahun 1942. Pasar KLewer menjadi pusat perdagangan setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1971.
Pasar Klewer sendiri dulunya adalah tempat pemberhentian kereta api. Masyarakat banyak menggunakan kereta untuk urusan perdagangan pada masa penjajahan Jepang.
10. Taman Satwa Taru Jurug
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang dikenal dengan nama Solo Zoo. Kebun binatang ini berkonsep kekinian. Selain ra,ai dikunjungi siang hari, TSTJ juga kerap dikunjungi malam hari. Sebab, taman satwa ini dilengkapi dengan ribuan lampion.
Terdapat ribuan lampion berbagai bentuk yang menghiasi hampir seluruh bagian TSTJ. Wahana ini cocok untuk liburan keluarga. Hal itu, lanjutnya, TSTJ dilengkapi juga beragam wahana permainan. Termasuk air mancur yang diberwarna warni saat malam hari. (*)
Advertisement