Destinasi Pariwisata Halal jadi Tren untuk Jaring Wisman, Kepri Gelar DSRA
Tren kunjungan wisatawan muslim terus meningkat tiap tahunnya. Kementerian Pariwisata melihat pertumbuhan wisata halal, atau family friendly tourism, penting untuk mendorong industri pariwisata Indonesia.
Untuk terus mendatangkan wisatawan muslim, strategi disiapkan. Salah satu dengan menggelar Desain, Strategi dan Rencana Aksi (DSRA) Pengembangan Destinasi Pariwisata Halal.
Kegiatan ini dilakukan di Comforta Hotel Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Kamis (15/3).
“Populasi penduduk dunia saat ini yang mencapai angka lebih dari 7 miliar jiwa. Dan, 22,43 persen diantaranya merupakan populasi muslim. Grafik pertumbuhan itu, mengindikasikan peningkatan populasi muslim pada tahun 2030 mencapai 26,5 persen,” ujar Asdep Pengembangan Destinasi Regional 1 Lokot Ahmad Enda, didampingi Kabid Pengembangan Destinasi Area IV, Hendri Karnoza.
Kegiatan DSRA dihadiri juga oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Buralimar, Dinas Industri dan Perdagangan, Perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agaman, Dinas Koperasi dan UKM, LPPOM MUI Kep Riau, Akademisi dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Bintan, HPI dan GenPI.
Kemenpar sendiri sudah memberikan bukti kongkrit keseriusan untuk menggarap pasar wisatawan muslim. Di tahun 2016, Menteri Pariwisata telah membentuk Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal yang diketuai oleh Riyanto Sofyan.
Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal Kemenpar itu juga sudah mulai melakukan penyusunan DSRA wisata halal untuk wilayah Sumatera. Beberapa wilayah yang disasar adalah Aceh, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau (Kepri).
"Penyusunan draft DSRA Pengembangan destinasi wisata halal di Aceh, Sumatera Barat, Riau, dan Kepri dilakukan Maret. Finalisasi draft DSRA akan dilakukan dua bulan kemudian dan langsung dilakukan konsinyering DSRA," Lokot menambahkan.
Menurutnya, format DSRA pengembangan pariwisata wilayah Sumatera itu meliputi analisis situasi yaitu pendekatan perencanaan (DPN, KPPN, KSPN), profil destinasi pariwisata, dan pemetaan daya tarik wisata.
Kemudian, menganalisa gambaran umum wisatawan mancanegara dan Nusantara. Lalu pemetaan produk dan pasar pariwisata serta kunjungan wisman 2015-2017.
"Kemudian ada formulasi strategi. Dengan menghitung target potensial destinasi pariwisata sampai 2019. Kemudian ada strategi pengembangan pariwisata, pengembangan produk pariwisata, pengembangan customer management dan marketing management," ujar Lokot.
Kabid Pengembangan Destinasi Area IV Hendri Karnoza menambahkan, membuat DSRA perlu dilakukan. Tujuannya agar pengembangan wisata halal di destinasi dapat dipersiapkan dengan baik.
Serta bersinergi, dengan memperhatikan komponen pariwisata yang akan dikembangkan lainnya seperti, Destinasi Pariwisata, Industri Pariwisata, Pemasaran-nya harus matangkan.
“Serta yang terakhir di Kelembagaan Kepariwisataan atau yang menyangkut Sumber Daya Manusianya,” ucap Hendri.
Bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya, jika ingin menjadi pemain dunia untuk wisata halal, harus gunakan standar global juga. Caranya, tentu saja dengan mengikuti standar yang sudah dibuat secara universal oleh Global Moslem Travel Index (GMTI).
"Standar global itu bisa membandingkan posisi kita sedang berada di mana. Selain itu, mengenai kelemahan dan kelebihan kita. Sebab kita bisa menentukan dengan cepat titik mana yang harus segera disentuh. Akhirnya, kita bisa memenangi pertarungan," kata Menpar Arief Yahya.
Provinsi Kepri, Lanjut Menpar Arief dapat mengrab pasar muslim dunia karena pada dasarnya Kepri sudah memiliki sumber daya pariwisata yang besar dan lokasi yang sangat strategis. Jika dengan didukung infrastruktur yang ramah muslim, Menpar yakin Kepri dapat menjadi salah satu detsinasi wisata halal dunia.
“Letak geografis Kepri sangat memungkinkan karena dekat dengan Malaysia. Pariwisata halal itu pada prinsipnya adalah Extended Services pariwisata, pengembangannya adalah inklusif bukan exclusive sehingga tidak akan mematikan pasar yang sudah ada melainkan memperluas pasar,” ucap Menpar Arief.(*)