Destilator Sampah Plastik, Solusi Atasi Limbah Plastik dari Anggota Pasukan Kuning (Bagian 2)
Sebenarnya, Muryani sudah mulai membuat alat ini sejak 2009 lalu. Ia tergerak untuk membuat alat ini setelah mendapati semakin banyak petani di daerahnya yang mengeluh soal limbah plastik yang semakin jadi. Limbah plastik yang masuk ke sawah-sawah petani ini tak hanya dari limbah orang yang membuang sampah sembarangan, namun juga terbawa oleh air irigasi sawah.
“Saya tergerak untuk membuat alat ini karena keluh-kesah dengan warga soal sampah yang berkeliaran ke mana-mana. Bahkan terbuang ke sungai. Ini juga tangisannya para petani karena sampah plastik yang banyak masuk ke sawah,” ujar Muryani.
Saat mulai membuat Destilator Sampah Plastik ini, Muryani sebenarnya tidak memulai dari nol. Dia mengatakan sudah pernah mengetahui prinsip dasar kerja alat semacam ini. Adalah ayahnya yang bernama Sutarji pernah memberikan contoh bagaimana mengubah sampah plastik menjadi cairan mirip dengan bahan bakar. Ayah Muryani dulu sering menggunakan cara ini untuk mengolah sampah plastik yang mencemari sawahnya. Kebetulan ayah Muryani bekerja sebagai petani.
“Sejak kelas 4 SD sebenarnya saya sudah diberitahu bapak prinsip dasar Destilator Sampah Plastik ini. Saat itu bapak menggunakan kaleng yang disambungkan dengan pipa. Pembakarannya dulu memakai lampu minyak tanah,” ujar dia.
Berbekal pengetahuan dari bapaknya itu, dia kemudian mencoba menciptakan alat yang lebih besar kapasitasnya. Pria tamatan SD ini, juga mencoba menyempurnakan alat yang pernah dibuat bapaknya itu. Kelemahan alat ciptaan bapaknya saat itu, cairan mirip bahan bakar masih tercampur jadi satu. Dampaknya, ketika diisikan di kompor sumbu, tangki kompornya menjadi panas.
“Tangki kompor jadi panas, karena ternyata bahan bakarnya masih tercampur antara minyak tanah, solar dan bensin. Malah bisa membahayakan. Saya berpikir bagaimana bisa memisahkan ketiga bahan bakar tersebut,” kata Muryani.
Muryani mulai bereksperimen membuat alat ini sejak pada 2009 lalu. Kegagalan demi kegagalan pernah ia alami. Mulai tabung meledak hingga alat bekerja tak maksimal, tak membuatnya patah semangat. Berapa jumlah uang yang harus ia keluarkan untuk eksperimen ini pun, sudah tak ia perhitungkan lagi.
“Sudah lupa, habis berapa untuk percobaan buat alat ini,” kata dia.