Designer Drug Dirancang Khusus Menyerupai Psikotropika
Perkembangan Teknologi sekarang ini dituntut setiap orang harus beradaptasi supaya bisa berkembang. Begitu juga dalam hal psikotropika, pengguna obat-obat terlarang sering memproduksi bentuk-bentuk baru psikotropika yang tergolong designer drug.
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, Dra Yulistiani MSi Apt mengatakan para pengguna obat-obat adiktif ini merancang khusus yang mempunyai efek menyerupai narkotika atau psikotropika.
"Obat ini dirancang sendiri untuk tujuan khusus yang menyerupai efek narkotika atau psikotropika yang lebih poten," ujar Yulistiani.
Designer drug, kata Yulistiani dikenal juga dengan psikoaktif. Zat digunakan dalam pembuatan designer drug termasuk dalam zat golongan prekusor.
"Prekusor adalah zat atau bahan pemula untuk pembuatan narkotika dan psikotropika, maka efeknya sama," katanya.
Karena itu, zat-zat yang tergolong dalam prekusor diawasi oleh pemerintah. Contoh designer drug sendiri ialah turunan amphetamin seperti XTC (ecstacy) atau di Indonesia dikenal dengan nama ekstasi yang tingkat penyalahgunaannya sangat tinggi.
"Ekstasi sendiri dapat memberikan efek euforia, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan daya konsentrasi serta menurutkan nafsu makan," katanya.
Yulistiani, menambahkan biasanya orang yang mengonsumsi ekstasi adalah orang yang mencari rasa euforia lebih dalam hidupnya, seperti, meningkatkan energi berdansa semalam, tidak ada kata lelah atau capek maupun rasa takut yang disertai perasaan bebas tak terkendali dan semaunya.
Untuk mendapatkan efek lebih, katanya, biasanya ekstasi sering diramu dengan heroin, ganja atau kokain untuk memberikan efek lebih atau efek halusinasi. (pts)