Desember Bulan Gus Dur, Pesan Kiai Husein
KH Abdurrahman Wahid, almaghfurlah, setiap bulan Desember selalu diperingati haulnya. KH Husein Muhammad, sahabat Gus Dur, menulis tentang Desember Bulan Gus Dur berikut:
Desember adalah bulan Gus Dur. Di Turki bulan Maulana Rumi. Tahun lalu aku sudah menulis. Antara lain ini :
Gus Dur, adalah nama yang menyimpan kekayaan pengetahuan humaniora dan spritual yang seakan tak pernah habis dikaji. Meski telah pulang, ia masih terus disebut dan kata-katanya terus dikutip dan diurai oleh banyak orang.
"Ini menarik sekali. Apakah rahasianya", tanya seorang teman.
Aku tak bisa menjawab. Tetapi aku ingat Gus Dur acap menyenandungkan kata-kata Ibn Athaillah al-Sakandari (w. 1309 M), sufi maestro dari Iskandaria, Mesir. Ia menuliskannya dalam bukunya yang sangat terkenal "Al-Hikam":
إِدْفِنْ وُجُودَكَ فِى اَرْضِ الْخُمُولِ فَمَا نَبَتَ مِمَّا لَمْ يدْفَنْ لَا يَتِمُّ نِتَاجُهُ
Tanamlah eksistensimu
pada tanah yang tak dikenal
Sebab sesuatu yang tumbuh
dari biji yang tak ditanam
tak berbuah matang
Dr. Zaki Mubarak (w. 1952), sarjana Tasawuf, terkemuka dari Mesir memberikan komentar atasnya:
“Syair Idfin itu amat memukau. Ia begitu indah. Aku tak pernah menemukan kata-kata yang seperti itu di tempat lain. Di dalamnya tersimpan gejolak spiritualisme yang amat kuat. Sang penulis, agaknya, menemukan maknanya ketika ia melakukan permenungan dalam sunyi, bening dan dalam situasi ekstasi, lalu merasuki jiwanya, maka ia menjadi kata-kata indah nan abadi, sepanjang zaman”.(Baca : Zaki Mubarak, Al-Tashawwuf al-Islamy, Dar al-Jil, Beirut, Lebanon, hlm. 109).
"Apakah maknanya", tanyanya lagi.
Aku mengira-ngira saja. Puisi tersebut bicara soal perlunya menjauhkan hasrat dan ambisi akan popularitas, kemasyhuran diri dan politik pencitraan. Arti puisi itu kira-kira begini : “Simpanlah hasratmu akan popularitas diri, karena hasrat yang demikian tak akan membuat dirimu tumbuh dan berkembang sempurna”.
Hasrat akan kemasyhuran akan menyibukkan diri pada urusan-urusan yang tak berguna dan mengabaikan kerja-kerja yang bermanfaat bagi manusia. Cinta pada kemasyhuran mendorong orang untuk mengurusi dirinya sendiri dan tak peduli pada orang lain.
Itulah Gus Dur yang hari-harinya bekerja untuk manusia, hanya karena Allah.
Aku ingin menuliskannya lagi di sini, kata-kata sang Darwish pengembara, Syamsi Tabrizi, dalam 40 Kaedah Cinta:
ينبع معظم مشاكل العالم من أخطاء لغوية ومن سوء فهم بسيط. لا تأخذ الكلمات بمعناها الظاهري مطلقًا. وعندما تلج دائرة الحب، تكون اللغة التي نعرفها قد عفى عليها الزمن، فالشيء الذي لا يمكن التعبير عنه بكلمات، لا يمكن إدراكه إلا بالصمت.
"Kebanyakan problem di dunia ini berasal dari kesalahan (memahami) bahasa dan kesalahpahaman yang sederhana. Jangan sekali-kali mengambil makna literal dari suatu kalimat. Ketika kau mulai menginjak domain cinta, bahasa yang kita pahami menjadi usang. Hal-hal yang tak dapat diungkap melalui kata-kata hanya dapat dipahami melalui keheningan".