Desa Wisata Serang Bitar Masuk Nominasi 50 Desa Wisata Terbaik
Desa Wisata Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, masuk sebagai salah satu dari 50 desa wisata yang lolos tahap seleksi akhir Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Desa yang terletak sekitar 40 kilometer dari arah tenggara Kota Blitar itu merupakan satu dari enam desa wisata di Jawa Timur yang masuk dalam 50 desa wisata terbaik ADWI 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Ngopibareng.id berkesempatan berkunjung ke Desa Wisata Serang. Perjalanan ke lokasi melalui berbagai kelokan dengan kontur jalan naik-turun sepanjang 45 kilometer dari Kabupaten Blitar, melalui jalan beton dan aspal lereng pegunungan. Setelah melalui beberapa desa dan kecamatan, sampailah Ngopibareng.id ke desa "berbatasan dengan Benua Australia". Demikian promosi Kepala Desa Serang, Dwi Handoko Pawiro.
Dwi Handoko Pawiro menjabat Kepala Desa Serang periode 2014-2019 dan 2019-2025. Pria kelahiran 1977 ini selalu berpikiran progresif. Dia tahu Desa Serang mempunyai potensi alam yang indah dengan deburan ombak favorit peselancar.
Sepi Dampak Pandemi
Memasuki Desa Wisata Serang ditandai dengan sungai dan jembatan yang menghubungkan antar desa, terdapat gapura bertuliskan "Masuk Kawasan Desa Wisata Serang" atau berjarak 4 kilometer sebelum memasuki kawasan wisata Pantai Serang.
Suasananya sepi. Ada loket pembayaran di pintu masuk tapi tak ada penghuninya. Tidak ada petugas pemberi karcis. Lokasi wisata tutup karena dampak pandemi Covid-19. Di mana pemerintah menerapkan aturan PSBB hingga PPKM.
Selama sepi tanpa pengunjung, pengelola Desa Wisata Serang tetap berbenah. Mereka membersihkan area wisata dari sampah.
"Tempat wisata Pantai Serang tetap bersih dan beberapa destinasi wisata di area pantai tetap terkelola dengan baik," jelas Umi Saadah Bendahara Badan Usaha Milik Desa.
Pengelolaan Desa Wisata
Dwi Handoko bercerita bahwa pengelolaan Desa Wisata Serang dan kawasan wisata pantai dioperatori oleh BUMdes dengan berkolaborasi dengan beberala komponen kelembagaan Desa Serang seperti Kelompok Sadar Wisata (Poksarwis), Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan perwakilannya dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pengelolaan kawasan Wisata Pantai Serang.
Tak heran jika kondisi Pantai Serang saat ini berbeda jauh dengan 7 tahun yang lalu. Dwi Handoko sebagai penasehat BUMdes selalu menekankan kepada Direktur BUMdes dan warga yang menggantungkan hidupnya di kawasan Pantai Serang untuk menggunakan prinsip ATM (Amati Tiru dan Modifikasi).
"Ada sebanyak 142 kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari kawasan pantai ini," sambung dia.
Serang Art Festival untuk Menarik Wisatawan
Selain obyek wisata, daya tarik seni dan budaya, antara lain, berupa penyelenggaraan even tahunan Serang Art Festival sejak 2015. Dwi Handoko melihat beberapa kota wisata di Yogyakarta dan Bali banyak dikunjungi wisatawan selalu mengadakan acara rutin yang menjadi kalender tahunan sehingga menarik perhatian para wisatawan.
"Serang Art Festival telah menjadi daya tarik Desa Wisata Serang," katanya.
Dwi Handoko lalu membandingkan di Yogyakarta ada FKY (Festival Kesenian Yogyakarta) dan Pesta Kesenian di Bali. Tak mau kalah, pihaknya juga sudah punya Serang Festival Art sejak 2015 silam. Agenda ini bekerja sama dengan sejumlah seniman tari dan sedang mengembangkan tarian kontemporer Barongan Penyu.
Sebelum pandemi, kenang Dwi Handoko, setiap tahun, setidaknya 50.000 wisatawan berkunjung ke Desa Wisata Serang atau kawasan wisata Pantai Serang. Tidak hanya memberikan pendapatan kepada desa, Perhutani sebagai pemilik lahan, dan Pemerintah Kabupaten Blitar, kawasan wisata Pantai Serang juga banyak memberdayakan ekonomi warga terutama warga Desa Serang. Pada 2020, kawasan wisata ini memberikan pendapatan ke kas Desa Serang sebesar Rp60 juta sesuai dengan porsi 50 persen andil yang dimiliki.
Selain pantai, kawasan wisata Pantai Serang belum lama ini mengembangkan goa alam yang ada di salah satu sudut pantai sebagai tambahan daya tarik alam. Obyek wisata buatan dan edukasi, antara lain, terdiri dari taman pohon cemara dan kolam konservasi penyu laut.
Tim kreator, lanjut Dwi Handoko, selain menggarap potensi alam, seni budaya dan tata kelola arsitektur pengelolan Desa Wisata Serang juga mengenalkan wisata ini dengan memanfaatkan media sosial seperti Favebook, Instagram, dan Youtube.