Kisah Joko Modo Hantarkan Desa ini Raih Desaku Pintar
Kemajuan desa harus terus dipacu. Salah satunya dengan inovasi program Desa Karakter Unggul dan Pintar (Desaku Pintar) yang menjadi unggulan Pemerintah Kabupaten Lamongan.
Ada sepuluh instrumen untuk mengukur tingkat kemajuan desa sebelum didaulat menjadi desaku pintar. Diantaranya yaitu berjalannya Gerakan 1821, atau kegiatan belajar anak pukul 18.00 WIB-21.00 WIB dengan mematikan televisi, pemberdayaan ekonomi pedesaan, pelayanan kesehatan, pengembangan pendidikan dan literasi, serta tatanan pariwisata, seni budaya dan olahraga.
Selanjutnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan terintegrasi untuk pengentasan kemiskinan, keluarga sadar hukum, pelayanan publik, Kampung Lamongan Green and Clean (LGC) dan penguasaan teknologi informasi.
Salah satu desa yang dipilih sebagai barometer Desaku Pintar adalah Desa Sumengko, di Kecamatan Kedungpring karena desa ini sukses menerapkan enam dari sepuluh tatanan unggulan yang dievaluasi.
Asisten Tata Praja Setda Lamongan, M. S. Heruwidi yang juga Ketua Pelaksana Program Desaku Pintar, mengatakan bahwa Desa Sumengko sukses menerapkan enam tatanan unggulan.
Yakni Gerakan 1821, penguasaan teknologi informasi, pengembangan pendidikan dan literasi, pelayanan kesehatan, pelayanan publik, serta pengembangan pariwisata, seni budaya dan olahraga.
Di tatanan pengembangan pariwisata, Heruwidi mengungkapkan desa ini memiliki destinasi wisata baru, Gunung Bedah. Ini adalah destinasi wisata yang disetting untuk kegiatan perkemahan, panjat tebing dan jelajah alam.
Gunung ini dikisahkan secara turun temurun oleh masyarakat setempat tercipta dari ayunan cemeti Joko Modo. Nama kecil Mahapatih Gajah Mada yang dipercaya lahir dan besar di Lamongan.
Dikisahkan ketika Joko Modo hendak menggembalakan kerbau ke arah Rawa Semando, terhalang sebuah gunung di Desa Sumengko. Dia kemudian mengayunkan cemeti, sehingga terbelahlah gunung tersebut
Ada dua desa di setiap Kecamatan di kota soto itu yang menjadi percontohan program Desaku Pintar. Untuk keberlanjutan program yang dilaunching bupati Oktober 2018 lalu itu evaluasi rutin dikecamatan akan dilakukan sebulan sekali.Kemudian secara berkala dievaluasi setiap tiga bulan sekali ditingkat Kabupaten. (tok)