Desa Nglanggeran Dinobatkan Best Tourism Village 2021 oleh UNWTO
Desa Wisata Nglanggeran di Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, menyabet Best Tourism Village 2021 dari Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO).
Desa Nglanggeran menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang mendapatkan penghargaan tersebut. Pengelola Desa Wisata Nglanggeran Sugeng Handoko menjelaskan sebenarnya ada tiga desa wisata yang diajukan oleh Kemenparekraf RI untuk mengikuti Best Tourism Village 2021 dari UNWTO. Tiga desa tersebut adalah Desa Wisata Tetebatu dari NTB, Desa Wisata Wae Rebo dari NTT dan Desa Wisata Nglanggeran dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
UNWTO memilih desa terbaik berdasarkan inovasi dan transformasi pariwisata yang telah dilakukan. Inovasi ini disesuaikan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Ajang Best Tourism Village juga bertujuan untuk memaksimalkan kontribusi desa wisata, serta mengurangi kesenjangan di pedesaan.
Nantinya desa wisata yang lolos seleksi dan evaluasi UNWTO akan memperoleh predikat UNWTO Best Tourism Villages Label. Dengan label ini, desa wisata bisa mendapatkan pengakuan internasional sebagai contoh praktik terbaik destinasi wisata pedesaan.
Desa Wisata Nglanggeran Awalnya Tandus
Tahukah Anda jika Desa Nglanggeran dahulunya merupakan daerah tandus dan tertinggal? Desa di selatan Yogyakarta ini sebagian besar lahannya berupa lahan kosong. Sementara sebagian lahan lainnya digarap masyarakat untuk tanaman keras, seperti jagung, ketela, pete dan lain sebagainya.
Sebagian besar warga masih hidup dibawah garis kemiskinan.
Sejumlah anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Nglanggeran pun berinisiatif mengembangkan desanya menjadi destinasi wisata alam atau ekowisata. Pengembangan desa wisata tersebut dimulai sejak 1989 dan terus berlangsung hingga saat ini.
Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran juga didukung Program Desa Binaan dan Sentra Pemberdayaan Tani (SPT) Pertamina untuk mendorong bertumbuhnya kawasan wisata agro. Terbukti, program tersebut mampu memberikan sumbangsih positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Desa Nglanggeran yang terdiri dari lima dusun/pedukuhan itu berangsur-angsur mulai berubah sejak September 2012. Program SPT diawali dengan pembangunan waduk kecil (embung) di atas bukit Nglanggeran, serta penanaman bibit durian dan kelengkeng di sekitar embung.
Embung dibangun sebagai tempat penampungan air hujan. Air yang tertampung akan digunakan untuk mengairi pohon durian dan kelengkeng kala musim kemarau. Embung tersebut mampu menampung air hingga 12.000 meter kubik.
Ada 2.800 pohon durian monthong dan chanee, serta 300 pohon kelengkeng ditanam di tanah seluas 20 hektar. Sebanyak 11,5 hektar merupakan Sultan Ground (tanah sultan yang diperuntukkan bagi pertanian warga) dan 8,5 hektar merupakan tanah warga. Kebun buah tersebut dikelola kelompok petani bernama Kencono Mukti yang terdiri dari 80 orang petani Desa Nglanggeran.
Pertamina memberikan bantuan pengembangan kebun durian dan kelengkeng berupa pemupukan, pemeliharaan, dan pendampingan yang bekerja sama dengan Yayasan Obor Tani. Program kerja sama ini dilaksanakan selama tiga tahun.
Sebelum pandemi Covid-19, ada 5.000 wisatawan berkunjung ke Desa Nglanggeran setiap minggunya. Pengunjung datang untuk menikmati keindahan alam Gunung Api Purba, embung, serta kawasan agro perkebunan durian dan kelengkeng hasil kerjasama dengan CSR Pertamina.