Desa Ini Ikonnya Jajanan Harum Manis
Usaha membuat jajanan Harum Manis sudah ditekuni puluhan warga Desa Kesambi, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan sejak tahun 1940. Jika ada penjual jajanan bercita rasa manis ini dipastikan bercikal bakal dari desa ini.
Dituturkan Kepala Desa (Kades) Kesambi H.Sholikin sebelum zaman kemerdekaan, puluhan bahkan ratusan warga kesambi berprofesi membuat harum Manis. Mereka juga menjajakan Harum Manis dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung menggunakan alat musik rebab.
" Alat musik rebab yang bunyinya 'ngik ngok...ngik ngok...' menjadi ciri khas tersendiri Dan itu juga menjadi daya tarik bagi pembeli sehingga jualan harum manis cukup laris manis pada masa itu, " kata Sholikin ditemui ngopibareng.id di Kantor Desa, Jumat 19 Oktober 2018.
Usaha ini terus berkembang hingga pada tahun 1993 mulai surut dan ditinggalkan oleh generasi penerusnya. Tidak ada lagi warga yang mau berjualan kelilimg menggunakan rebab.
"Entah kenapa tidak ada lagi yang mau berjualan keliling. Warga yang dulu berjualan keliling saat ini juga sudah banyak meninggal dunia, " cetus Sholikin.
Beberapa wargs yang memiliki keahlian membuat harum manis masih mencoba bertahan menggeluti usaha tersebut dengan skala rumahan.
Seiring berkembangnya teknologi, Harum Manis Desa Kesambi kembali dikenal setelah anak-anak pengrajin harum manis mencoba mengenalkan jajanan jadul itu ke media sosial.
"Sekitar tahun 2005 usaha Harum Manis kembali mulai bangkit. Para perajin yang sebelumnya mulai meninggalkan mulai menekuni lagi usaha ini," ucap Sholikin lagi.
Saat ini setidaknya terdapat sekitar 40 pengrajin Harum Manis. Setiap pengrajin rata-rata mempekerjakan 3-5 orang karyawan.
"Usaha ini mampu menyerap banyak tenaga kerja warga desa. Sehingga mampu mengurangi pengangguran," tambah Kaur Umum Desa Kesambi Ainun Najib.
Saat bulan Ramadhan hingga lebaran para pengrajin harum manis menikmati panen raya. Mereka bahkan kewalahan melayani pesanan yang datang dari penjuru pelosok negeri.
"Kami pernah membuat survei selama puasa hingga lebaran perputaran uang usaha Harum Manis bisa mencapai Rp3 milyar," jelas Ainun Najib.
Hanya sayangnya, selama ini belum semua pengrajin Harum Manis memiliki label dari dinas kesehatan. Selain itu perajin belum mengemas produknya sehingga mampu bersaing dengan jajanan buatan pabrik.
"Semuanya butuh proses. Nanti pemerintah desa akan menjembatani sehingga produk harum manis yang telah menjadi ikon kabupaten Lamongan bisa dikemas lebih modern walau identik jajanan jadul, " tandas Sholikin lagi. (tok)