Densus Tipikor Versus Rekening Gendut
Sejak Tito Karnavian menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia, citra polisi berangsur membaik. Tingkat pendidikan dan intelektualitas seorang Tito setidaknya memberi pengaruh positif bagi peningkatan citra Polisi sebagai pengaman dan pelindung rakyat.
Itulah sebabnya, ketika di tengah siang bolong Tito menggelontorkan rencana pembentukan Detasemen Khusus Tindak Pidana Korupsi (Densus Tipikor) Polri, kalangan masyarakat bertanya-tanya; ada apa lagi ini?
Bila alasan yang diberikan agar Polri bisa lebih fokus menangani berbagai kasus tindak pidana korupsi, pertanyaannya; apa nggak puas atau tidak percaya dengan kinerja KPK. Atau, ini Novel Baswedan efek, sang batu kerikil bagi kesatuan induknya dimana ia dibesarkan (baca: Polisi)?
Menurut seorang komisioner KPK, Laode Syarif, seusai berdialog dengan pihak Polri, kehadiran detasemen ini justru untuk memperingan tugas KPK. Diharapkan KPK tidak lagi direpotkan oleh kasus-kasus korupsi kecil (di bawah Rp1 miliar) yang bertebaran di seluruh pelosok tanah air.
Namun, bagaimana Densus Tipikor bisa dapatkan kepercayaan masyarakat? Apalagi Detasemen Tipikor hanya bertanggungjawab kepada bosnya yang menunjuk dan melantik, Kapolri! Sehingga citra Polri dalam benak masyarakat secara luas akan sangat menentukan kadar dukungan dan pengakuan terhadap lembaga baru ini.
Contoh sederhana saja, mengambil kelakar masyarakat di lapisan bawah yang secara sinis bercanda; "Wah kalo ente ilang ayam lapor polisi, bisa-bisa malah kambing ente yang ilang..! lapor ilang sepeda malah motor yang amblas".., dan seterusnya. Canda sarkastik ini menggambarkan betapa rakyat kebanyakan masih tidak percaya pada institusi Polri sebagai institusi penegak hukum, pengaman dan pelindung rakyat.
Lain lagi gunjingan di kalangan kaum terdidik. Celoteh yang sarkastik juga tidak sedikit. Seperti komentar bernuansa menantang Kapolri; Pak Tito, bersih-bersih dulu di tubuh Polri sendiri mampu nggak? Nah, sebagai ujian awal, dalam waktu 3 bulan pertama, kasus "rekening gendut" yang sempat diangkat ke permukaan dan diduga keras dimiliki para jenderal polisi, mampu tidak dituntaskan Densus Tipikor, tanpa pandang bulu!
Bila menghindar dengan alasan hanya menangani kasus di bawah Rp1 miliar, ya kualitas kerjasamanya dengan KPK bisa menjadi pembuktian. Setidaknya berperan sebagai mitra strategis untuk melakukan pembongkaran kasus "rekening gendut" secara tuntas tanpa pandang bulu. Jangan sampai ada lagi kalimat sinis ‘tebang pilih’, ‘tumpul ke atas tajam ke bawah’, dan sebagainya, seperti yang seringkali dilontarkan ke KPK. Untuk Densus Tipikor Polri, jangan sampai lahir kalimat sinis baru...’Ini sih tajam ke luar, tumpul ke dalam!' Artinya, jangan sampai bila korupsi dipraktikan para petinggi Polri (contoh: rekening gendut), Densus Tipikor Polri hanya bisa menutup mata atas nama rasa hormat dan tugas melindungi nama baik senior dan atasan.
Hal yang menjadi sorotan juga adalah masalah anggaran yang jumlahnya mencapai Rp2,6 triliun. Aloksinya untuk belanja pegawai Rp786 miliar, belanja barang Rp359 miliar, untuk kantor plus alat lidik-penyidik dan perlengkapan alat surveillance Rp1,5 triliun.
Khusus mengenai alat surveillance ini, masyarakat masih menunggu batasan dan tatalaksana penggunaannya berikut payung hukum yang dijadikan pegangan.
Pertanyaan berikut; bagaimana kalau hasil tangkapan lewat kasus yang konon di bawah Rp1 miliar, ternyata hasil tangkapannya jauh di bawah dana operasionalnya? Belum lagi datang penolakan dari bos Kejaksaan Agung yang menolak operasional penyelidikan, penyidikan, dan penuntunan di satuatapkan. Padahal usul Tito ini demi efisiensi anggaran dan efisiensi kerja, agar berkas perkara tidak bolak-balik Kepolisian-Kejaksaan Agung seperti yang sering terjadi selama ini.
Semoga saja bung Tito yang harus selalu bersih, mampu membersihkan institusinya sendiri terlebih dulu, sebelum dirinya malah ‘dibersihkan’ oleh mereka yang senang dan nyaman berkubang dalam ‘kotoran’!
So, selamat datang Densus Tipikor Polri. Semoga selamat dan menyelamatkan!
*Erros Djarot - Dikutip sepenuhnya dari laman Watyutink.com