Dendy dan Saddil, Eks Persela Lamongan Perkuat Timnas AFF
Timnas Indonesia gagal maju ke babal final AFF Cup 2022. Tentu, rasa sedih dan kecewa menghinggapi penggemar sepak bola se antero Indonesia. Tidak terkecuali warga Lamongan.
Tetapi, di balik itu masih tersisa rasa senang dan bangga, karena di skuad Garuda Indonesia tercatat dua nama pemain yang pernah menjadi idola warga Kota Soto ini, yakni, Dendy dan Saddil.
Adalah Dendy Sulistiawan dan M. Saddil keduanya terlahir dari rahim Persela Lamongan. Duet pemain ini dikenal garang sejak memperkuat tim Laskar Joko Tingkir U-21 di kancah kompetisi sepak bola nasional. Persisnya, ketika Persela masih bermain di Liga 1.
Dendy Sulistiawan, asli arek Lamongan. Dia lahir di Kecamatan Sambeng Lamongan 12 Oktober 1996. Sebelum berkiprah di persepakbolaan nasional, Dendy kecil rajin berlatih di SSB. Merangkak dari bawah sebagai pemain sepak bola Kecamatan Sambeng.
Sebuah kecamatan tepi hutan jauh dari pusat kota atau berjarak sekitar 35 kilometer dari kota Lamongan. Dendy tampil kali pertama bermain sepak bola di hadapan publik, saat mengikuti Porkab Lamongan. Setelah itu bergabung di Lamongan FC di Liga 3.
"Setelah itu direkrut menjadi pemain PON Jatim. Dan baru bergabung di Persela U-21," kata Didik Yulianto didampingi Mahfud, pelatih dan asisten pelatih Persela U-21 saat itu, Januari 2023.
Begitu di Persela U-21, Dendy sangat moncer. Kecepatan lari dan haus golnya ditakuti lawan. Tetapi dia tidak sendirian. Melainkan duet dengan M. Sadil.
Saddil yang dimaksud adalah Saddil Ramdan. Pemain sayap Timnas Indonesia yang lahir di Raha, Sulawesi Tenggara 2 Januari 1999 ini juga sangat akrab dengan warga Lamongan, khususnya supporter Persela. Dia pemain se angkatan Dendy di tim Laskar Joko Tingkir.
Saddil, mengawali karir sepak bola profesional di Persela. Sebelumnya dia di Asyifa, Malang. Yakni, akademi sepak bola milik Aji Santoso. Karena coach Aji saat itu menjadi pelatih Persela, Saddil pun diajak serta.
Karena usia Saddil waktu itu masih sangat muda, yakni baru 18 tahun, dia diikutkan di Persela U-21. Bermain duet dengan Dendy, benar-benar ditakuti lawan.
Pernah saat Persela U-21 harus berebut tiket final melawan Bali United U-21 di kompetisi U-21 di Sleman. Dendy dan Saddil yang biasanya turun sebagai starter, tapi saat hingga pertandingan kurang 20.menit babak ke dua usai, keduanya masih belum terlihat batang hidungnya. Sedang Bali United sudah unggul 3-0.
Alasannya, kedua pemain itu sehari sebelumnya ikut memperkuat tim Persela senior, yang bertanding di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Sejatinya, siang besoknya mereka langsung terbang ke Yogyakarta. Tapi pesawat delay. Dan baru bisa berangkat sore.
Keduanya pun nekat berangkat, tetapi tiba di Yogyakarta malam dan terpaksa dijemput dengan mobil Patwal Polres Sleman. Akhirnya Dendy dan Saddil tiba juga di stadion dan langsung diturunkan.
"Karena sama coach Didik nama keduanya sudah terpasang didaftar susunan pemain. Tapi, pertandingan tinggal 20 menit selesai," tutur Lepok, sapaan akrab Mahfud asisten pelatih.
Inilah duet maut itu dibuktikan. Praktis bertanding 15 menit, Persela mampu mengejar angka. Dedy dan Saddil masing-masing mencetak gol hingga menyamakan skor menjadi 3-3. Sayang, tim lawan mampu menambah satu gol di injury time hingga Persela U-21 terpaksa kalah.
Hanya, saat itu Persela U-21 tampil sebagai juara tiga. Sedang PS Tira U-21 tampil sebagai juara setelah mengalahkan Bali United U-21.
Pasca itu, keduanya lebih banyak bermain untuk tim senior. Karena tampil menawan, sejak itu pula keduanya disebut-sebut sebagai rising star.
"Karena saat itu ada aturan jika pemain U-21 bisa diturunkan untuk tim. senior, Saddil dan Dendy sempat diturunkan tim senior," lanjut Didik "Pacul" Ludianto.
Kalaupun keduanya akhirnya meninggalkan Persela, semata-mata keduanya hanya mengejar karir. Karena Dendy sejak kecil bercita-cita ingin menjadi polisi. Dia pun tertarik dan akhirnya bergabung dengan Bhayangkara FC yang salah satu tawarannya menjadi polisi.
Sedang Saddil yang lebih lama memperkuat Persela, lima tahun kemudian dia 'merantau' ke Malaysia dan bergabung dengan salah satu klub negeri jiran tersebut sampai sekarang.
Dengan demikian kedekatan batin kedua pemain tersebut tetap melekat di hati warga Lamongan. Juga keduanya, saat Persela terdegradasi dari Liga 1, air mata kedua pemain itu tak bisa terbendung. Ikut sedih.
Masih ingat? Ketika penentuan nasib terakhir Persela terdegradasi dari Liga 1, lawannya Bhayangkara FC dan salah satu gol terpaksa harus tercipta dari kaki Dendy? Dia tanpa selebrasi, justru menutup wajah, tak mampu menahan tangis.