Warga Gresik Protes Bongkar Muat Batu Bara PT GJT
Sejumlah warga di Gresik melakukan aksi menentang aktivitas bongkar muat batu bara milik PT GJT. Hal ini setelah perusahaan yang berada di terminal curah kering dan log Jalan RE Martadinata, Gresik, kembali beroperasi setelah beberapa bulan berhenti.
Tak hanya sekedar memprotes, warga yang merasa kecolongan bahkan nekat menghadang akses keluar masuk truk bermuatan batu bara. Warga menilai aktivitas bongkar muat tersebut berpotensi menyebabkan polusi.
"Kami spontan melakukan penghadangan, begitu tahu ada truk muatan batu bara yang keluar masuk di dermaga Jasatama. Warga merasa kecolongan karena sebelumnya sudah ada kesepakatan tidak lagi beroperasi," tutur Andre, 27 tahun, warga Kelurahan Kroman, Gresik, Rabu, 12 Agustus, 2020.
Lutfi, warga lain, juga lantang memprotes kembali beroperasinya bongkar muat tersebut. Dia menyebut aktivitas bongkar muat itu berdampak polusi dan menyebabkan lingkungan kotor berdebu. "Dampak yang ditimbulkan selain polusi juga mengancam kesehatan. Debu dari batu bara yang tertiup angin membuat lantai dan atap rumah kotor," ujar Lutfi.
Dalam aksi penghadangan ini sempat terjadi ketegangan di antara warga dan aparat keamanan dan kepolisian. Akibatnya lima orang warga dibawa ke Mapolres Gresik.
Menanggapi hal itu, perwakilan PT GJT dan Pelindo III Gresik angkat bicara. Mereka mengaku sudah melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait, dari tingkat kelurahan hingga kecamatan sebelum akhirnya beraktivitas kembali.
"Sebenarnya kami sudah melakukan komunikasi sebelumnya dengan para lurah dan camat. Bahkan untuk meminimalisir terjadinya polusi debu agar tidak diprotes warga, kami juga meminta armadanya dikasih terpal," ujar Edi Hidayat, Direktur PT GJT.
Di tempat yang sama, General Manager Pelindo III Gresik Sugiono mengatakan, terminal bongkar muat yang dioperasikan PT GJT ini bagian dari Pelindo III. Sesuai arahan dari Kementerian Perhubungan pelabuhan curah kering dan log ini sebagai obyek vital nasional. "Termasuk operasional di pintu keluar masuknya truk menjadi tanggung jawab kami. Karena kalau sampai terhambat maka dampaknya sangat luar biasa," ucap Sugiono.
Advertisement