Demi Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan pun Pukul Kentongan
Kejadiannya di sekitar 1921, Suatu siang KHA Dahlan memukul kentongan mengundang penduduk Kauman ke rumahnya. Warga kawasan Kauman Yogyakarta itu pun berduyun-duyun ke rumahnya. Setelah banyak orang berkumpul di rumahnya, KHA Dahlan pidato.
”Kas Muhammadiyah kosong. Sementara guru-guru Muhammadiyah belum digaji. Muhammadiyah memerlukan uang kira-kira 500 gulden untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolah Muhammadiyah.” Demikian di antara isi pidato sang tokoh.
Karena itu, KHA Dahlan menyatakan melelang seluruh barang-barang yang ada di rumahnya. Pakaian, almari, meja kursi, tempat-tempat tidur, jam dinding, jam berdiri, lampu-lampu dan lain-lain. Ringkasnya KHA Dahlan melelang semua barang miliknya itu dan uang hasil lelang itu seluruhnya akan dipakai untuk membiayai sekolah Muhammadiyah, khususnya untuk menggaji guru dan karyawan.
Dikisahkan Drs Sukriyanto AR, para penduduk Kauman itu terbengong-bengong setelah mendengar penjelasan KHA Dahlan. Murid-murid KHA Dahlan yang ikut pada pengajian Thaharatul Qulub sama terharu melihat semangat pengorbanan KHA Dahlan, dan mereka saling berpandangan satu sama lain, berbisik-bisik satu sama lain. (Suara Muhammadiyah, No. 13/98/1-15 Juni 2013)
Singkat cerita, penduduk Kauman itu khususnya para juragan yang menjadi anggota kelompok pengajian Tharatul Qulub itu, kemudian berebut membeli barang-barang KHA Dahlan.
Ada yang membeli jasnya, ada yang membeli sarungnya, ada yang membeli jamnya, almari, meja kursi dsb. Dalam waktu singkat semua barang milik KHA Dahlan itu habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden. Anehnya setelah selesai lelangan itu tidak ada seorang pun yang membawa arang-barang KHA Dahlan. Mereka lalu sama pamit mau pulang.
Tentu saja KHA Dahlan heran: mengapa mereka tidak mau membawa barang-barang yang sudah dilelang.
KHA Dahlan berseru, ”Saudara-saudara, silahkan barang-barang yang sudah sampeyan lelang itu saudara bawa pulang. Atau nanti saya antar?”
Jawab mereka, “Tidak usah Kiai. Barang-barang itu biar di sini saja, semua kami kembalikan pada Kiai.”
“Lalu uang yang terkumpul ini bagaimana?“ tanya KHA Dahlan.
Kata salah seorang dari mereka, “Ya untuk Muhammadiyah. Kan Kiai tadi mengatakan Muhammadiyah perlu dana untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolahnya?”
“Ya, tapi kebutuhan Muhammadiyah hanya sekitar 500 gulden, ini dana yang terkumpul lebih dari 4000 gulden. Lalu sisanya bagaimana?” tanya KHA Dahlan.
Jawab orang itu, “Ya biar dimasukkan saja ke kas Muhammadiyah. (adi)
Advertisement