Demi 'Hayatan Thayyibah' Perempuan, Dakwah Muslimat NU
Ketua II Pimpinan Muslimat NU Nyai Hj Nurhayati Said Aqil Siroj menjelaskan, mengupayakan agar perempuan bisa berdaya dan mampu turut serta dalam mensejahterakan keluarga masing-masing, merupakan bagian dari dakwah Muslimat.
“Dakwah itu banyak macamnya ya, ada yang melalui ucapan, bisa juga melalui tindakan,” katanya, dikutip ngopibareng.id, Sabtu 27 Juli 2019 dari situs resmi NU Online.
Nyai Nurhayati Said mengungkapkan hal itu, terkait kegiatan Kader Perempuan Penggerak Desa di Hotel Grand Mahkota, Pontianak, Kalimanatan Barat, 24-27 Juli.
Kegiatan tersebut merupakan upaya Muslimat NU untuk mendorong dan membentuk perempuan yang mampu memanfaatkan potensi di daerah masing-masing untuk kesejahteraan keluarga.
Pelatihan itu, kata dia, terinspirasi dari ayat Al-Qur’an dalam surat An-Nahl, Allah berfirman: “Man 'amila ṣaaliḥam min dzakarin au unsa wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayaatan ṭayyibah, wa lanajziyannahum ajrahum bi`aḥsani maa kaanụ ya'malụn.”
“Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik atau ḥayaatan ṭayyibah. Nah, ḥayaatan ṭayyibah ini tidak datang tiba-tiba, melainkan harus diperjuangkan, diberikan pelatihan, diupayakan,” kata Nyai Nurhayati Said.
Kemudian, istri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ini kemudian menerjemahkannya, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Ia juga kemudian mengutip ayat lain, "Innallaha la yughayyiru ma bi qaumin, hatta yughayyiru ma bi anfusihim” yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Nyai Hj Nurhayati menjelaskan ayat pertama yang dikutipnya. Menurutnya, Allah akan memberikan kehidupan yang baik bagi laki-laki dan perempuan yang beriman.
“Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik atau ḥayaatan ṭayyibah. Nah, ḥayaatan ṭayyibah ini tidak datang tiba-tiba, melainkan harus diperjuangkan, diberikan pelatihan, diupayakan,” katanya.
Ayat tersebut, lanjutnya relevan dengan ayat kedua yang dikutipnya, yaitu Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
“Jadi, jelas kehidupan yang baik itu perlu diperjuangkan baik oleh laki-laki maupun perempuan,” tegasnya.
Kegiatan untuk hayyatan thayyibah bagi perempuan itu, dilakukan dengan kerja sama PP Muslimat NU dan Hanns Siedel Foundation itu, yang telah diadakan di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan akan diadakan di beberapa daerah lagi seperti di Indramayu, Jawa Barat.
Advertisement