Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Jadi Rektor UI Baru
Universitas Indonesia (UI) telah mempunyai rektor baru. Profesor Ari Kuncoro terpilih sebagai rektor periode 2019-2024. Ia akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dari Muhammad Anis.
Pemilihan rektor dilakukan oleh anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UI. Sebelumnya, Ari Kuncoro dan dua kompetitornya, Abdul Haris dan Budi Wiweko melakukan debat publik dalam perebutan menjadi orang nomor satu di UI.
Acara tersebut digelar di Makara Art Center UI, Depok, Rabu 25 September 2019.
Ari Kuncoro yang merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI itu mengalahkan Profesor Abdul Haris dan Profesor Budi Wiweko.
Ari Kuncoro mendapatkan 16 suara dari jumlah total sebanyak 23 suara. Abdul Haris dalam pemilihan mendapat tujuh suara, sementara Budi Wiweko tak mendapat suara dari anggota MWA.
Keseluruhan suara itu berasal dari 15 anggota MWA dan delapan suara dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti). Dalam aturan, Menristekdikti mempunyai 35 persen hak suara dari jumlah seluruh hak suara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution tampak hadir dengan memberikan suaranya terlebih dahulu sebelum rapat paripurna penetapan rektor terpilih.
Selain mereka, tampak hadir Ketua KOI sekaligus Direksi FIBA Erick Thohir di lokasi untuk memberikan suaranya.
Ketiganya merupakan anggota MWA UI. Sri Mulyani, anggota WMA dari unsur wakil dosen, Darmin Nasution dari unsur masyarakat, dan Erick Thohir wakil unsur masyarakat umum.
Ketua MWA UI Saleh Husin mengatakan, proses pemilihan rektor UI berjalan berdasarkan asas profesional, nondiskriminatif, akuntabel, dan transparan. Dia berharap, Ari dapat merangkul semua elemen untuk dapat menjadikan UI semakin kuat dan menjadi universitas berkelas dunia.
“Riset harus semakin dimantapkan dan riset yang dilakukan diharapkan sinergis dengan dunia usaha agar bisa semakin bermanfaat,” kata Saleh.
Ari Kuncoro mengatakan, program-programnya dalam memimpin UI akan berfokus kepada kerja sama dari berbagai pihak.
“Kalau mau berburu cepat, berburulah sendiri, tapi kalau mau berburu dengan hasilnya banyak, berburulah bersama-sama, bersinergi, dan berkolaborasi,” ujar dia dalam sambutannya.
Ari Kuncoro menjawab tantangan membawa UI masuk daftar peringkat 200 perguruan tinggi terbaik dunia. Menurut dia, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah UI harus membina kolaborasi dengan universitas bereputasi di luar negeri.
“Karena yang jadi sampel itu universitas di luar negeri, nah kalau kita di sini saja nggak pernah ke sana bagaimana mereka bisa tahu kita,” ujar Ari Kuncoro.
Dia mengatakan, UI harus melakukan kerja sama riset atau penelitian dengan universitas bereputasi di luar negeri. Di UI, lanjut Ari, ada istilah cuti akademis bagi para peneliti yang bergabung dalam penelitian di luar negeri. Mereka bertemu dengan peneliti lain dari perguruan tinggi luar negeri yang kemudian membentuk satu tim.
Menurut Ari Kuncoro, keikutsertaan peneliti Indonesia dalam penelitian di luar negeri efektif mendorong UI meningkatkan peringkat universitas terbaik dunia. Dibandingkan hanya menulis artikel jurnal yang diterbitkan di jurnal internasional.
“Tetapi, di sana, kalau dengan menulis proposal, tinggal di sana tiga bulan kemudian meneliti di sana maka itu adalah suatu silaturahim dan itu nilainya tinggi, dananya (yang didapatkan) berapa, jadi tidak sekadar artikel ilmiah,” ujar Ari Kuncoro.
Dia juga menanggapi kebijakan pemerintah mendatangkan rektor asing untuk menjadi rektor di perguruan tinggi Indonesia. “Saya rasa, rektor asing itu bisa kita lihat sebagai pemicu bagi kita untuk bekerja lebih baik,” ujar Ari.
Sementara itu, Muhammad Anis masih menjabat sebagai rektor hingga pelantikan Ari Kuncoro dilangsungkan pada 20 Desember 2019.
“Saya sudah berdialog dengan rektor terpilih, yakni Profesor Ari Kuncoro dan tentu saya berharap semua program-program yang ada dalam visi misi beliau dapat dijalankan dengan baik,” ujar Anis.