Deg-Degan Ikuti Pembukaan Lukisan Baron Basuning
Pameran lukisan itu nomor dua. Nomor satu adalah kesehatan. Dua kalimat itu diungkapkan budayawan Eros Djarot.
Pencipta lagu dan sutradara film itu tidak sedang kampanye pemilihan presiden. Tapi ia sedang membuka pameran lukisan.
Peristiwannya Selasa Malam, 8 Januari 2019. Di Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Tempat pameran paling bergengsi bagi perupa Indonesia.
Saya tak sengaja menghadiri pembukaan pameran itu. Eros yang mengajaknya untuk mendampingi. Kebetulan, sebelumnya memang sedang bersama dia.
Sejumlah tokoh hadir. Ada tokoh demonstran awal Orde Baru Hariman Siregar, Tuty Herati, Dewi Motik dan para seniman kenamaan ibu kota.
Hujan sempat mengiringi acara pembukaan tersebut. Begitu acara dimulai, saya duduk di baris depan. Disamping persis perupa Baron Basuning.
Beberapa menit acara dimulai, Baron tampak gelisah. Beberapa kali tangannya memegangi dada. Wajahnya pucat. Tampak mulai keluar keringat dingin.
"Saya sakit," bisiknya. Ia pun lantas pamit mundur. Bergeser ke samping belakang. Duduk di kursi para penerima tamu undangan.
Di tempat barunya, ia tampak dirubung sejumlah panitia. Dari kejauhan tampak kesibukan di sekeliling Baron.
Sementara acara pembukaan tetap berlangsung. Ada sambutan dari Direktur Galeri Nasional Indonesia Pustanto dan kurator pameran Edy Soetriyono.
Saya gelisah. Khawatir Baron sedang kena serangan jantung. Meski saya tidak tahu riwayat kesehatannya. Tapi ada pertanda ke arah sana.
Saya pun berbisik ke tamu sebelah saya yang dikenal dekat dengan Baron. "Sebaiknya segera di bawa ke rumah sakit," kata saya.
Tapi apa yang terjadi?. Baron ternyata memaksakan diri memberi sambutan. Setelah diberi waktu oleh pembawa acara.
Ia pun maju ke depan. Dengan terbata-bata, ia mengungkapkan terima kasih kepada semua pihak yang andil dalam terselenggaranya pameran itu.
"Maaf, saya sakit. Setelah tiga hari nonstop tanpa tidur mempersiapkan pameran ini," katanya. Ia memberi sambutan tak sampai 5 menit.
Ia menggelar pameran ini menandai 20 tahun kiprahnya di dunia senirupa. Noor, judul pamerannya. Ada 33 lukisan yang digarap selama tahun 2018.
Ia lalu kembali ke belakang. Sebelum dipanggil kembali untuk menyaksikan penandatanganan kanvas oleh Eros Djarot sebagai tanda pembukaan.
Ia pun menyalami para tokoh yang memasuki ruang galeri utama tempat ia menggelar karya-karyanya. Satu per satu.
Semua karyanya abstrak. Ada satu karya yang begitu besar. Panjang kanvasnya 10 meter. Menggambarkan masjid yang dikeilingi cahaya.
Mulai dari Nasrid Palace, Alhambra, Spanyol, masjid Nasir Al Mulk, Shiraz Iran dan Taj Mahal India. Inilah gambar arsitektur tanpa garis dan ruang.
Menurut Eddy Soetriyono, pengalaman berada di tempat-tempat suci yang disinari cahaya itu membuat Baron dapat melahirkan karya-karya abstrak yang menyentuh.
“Tidak seperti kubah bangunan Islam lainnya, kubah masjid Alhambra menampilkan abstraksi trimata yang terpancar indah karena cahaya,” tambahnya.
Saat para tamu menikmati karyanya, Baron tampak telah sehat kembali. "Nggak apa-apa Mas. Ini hanya karena kelelahan semata," katanya.
Begitulah seniman. Ia sering tak memperhatikan dirinya sendiri demi memuaskan para penikmat karyanya. Sakitnya terkadang menjadi bagian dari karyanya.
Atau memang itu cara mereka menunjukkan totalitasnya sebagai seniman? (Arif Afandi)
Advertisement