Deflasi 0,12 persen Ancam Pertumbuhan Ekonomi Jatim
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat deflasi 0,12 persen secara month to month (m-to-m) pada periode September 2024.
Menyambut itu, Penjabat (Pj) Gubernur Adhy Karyono mengatakan, bahwa deflasi ini disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi komoditas maupun bahan pangan yang surplus pasca masa panen beberapa waktu lalu dengan andli -0,16 persen.
Dari data yang ada, ia menyebut ada beberapa produk yang surplus antara lain cabai rawit, cabai merah, daging ayam, telur.
Dengan jumlah stok yang melimpah menyebabkan harga komoditas menjadi sangat murah membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya.
“Ada dua hal pemahaman. Kalau deflasi bukan masyarakat tidak mampu sekali tapi ada pelemahan daya beli, dan dalam BPS ada istilah kejenuhan. Bahwa produk banyak, kebutuhan lain sudah terpenuhi, sehingga ada kejenuhan. Hal ini membuat pola pasar akhirnya lambat,” kata Adhy.
Upaya Pemprov
Karena itu, mantan pejabat Kemensos RI itu mengatakan, saat ini pihaknya lebih waspada agar deflasi ini tidak menjadi berkepanjangan yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Jatim yang sudah bagus.
Beberapa strategi itu aka nada pengendalian harga, serta segera memberikan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat kecil untuk mengurangi beban pengeluaran.
“Pemprov Jatim setelah ini ada tambahan PKH Plus agar masyarakat kecil punya kemampuan daya beli lebih tinggi,” pungkasnya.